Selamat Datang Di Kampus Ceria.. MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KAYUTREJO " Mandiri Santun Cerdas " (Mimka MSc) Status Terakreditasi ~ Terimalah Salam Kami Asalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarokaatuh, Mimka Selalu ada yang baru. "Silaturrohmi Alumni, Menjalin Ukhuwah Dunia Akhirat; Mempersiapkan Siswa - Siswi Madrasah yang Mandiri, Santun dan Cerdas

Kamis, 30 Agustus 2012

Sejarah Singkat Teori Evolusi (Keruntuhan Teori Evolusi )

 
Akar pemikiran evolusionis muncul sezaman dengan keyakinan dogmatis yang berusaha keras mengingkari penciptaan. Mayoritas filsuf penganut pagan di zaman Yunani kuno mempertahankan gagasan evolusi. Jika kita mengamati sejarah filsafat, kita akan melihat bahwa gagasan evolusi telah menopang banyak filsafat pagan.
Akan tetapi, bukan filsafat pagan kuno ini yang telah berperan penting dalam kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan modern, melainkan keimanan kepada Tuhan. Pada umumnya mereka yang mempelopori ilmu pengetahuan modern mempercayai keberadaan-Nya. Seraya mempelajari ilmu pengetahuan, mereka berusaha menyingkap rahasia jagat raya yang telah diciptakan oleh Tuhan dan mengungkap hukum-hukum dan detail-detail dalam ciptaan-Nya. Ahli astronomi seperti Leonardo da Vinci, Copernicus, Keppler dan Galileo: bapak palentologi; Cuvier: perintis botani dan zoologi, Linnaeus dan Isaac Newton, yang dijuluki sebagai "ilmuwan terbesar yang pernah ada", semua mempelajari ilmu pengetahuan dengan tidak hanya meyakini keberadaan Tuhan, tetapi juga bahwa keselurohan alam semesta adalah hasil ciptaan-Nya. Albert Einstein, yang dianggap sebagai orang paling jenius di zaman kita, adalah seorang ilmuwan yang mempercayai Tuhan dan menyatakan, "Saya tidak bisa membayangkan ada ilmuwan sejati tanpa keimanan mendalam seperti itu. Ibaratnya, ilmu pengetahuan tanpa agama akan pincang."
Salah seorang pendiri fisika modern, dokter asal Jerman, Max Planck, mengatakan bahwa setiap orang yang mempelajari ilmu pengetahuan dengan sungguh-sungguh akan membaca pada gerbang istana ilmu pengetahuan sebuah kata: "berimanlah". Keimanan adalah atribut penting seorang ilmuwan.
Teori evolusi merupakan buah filsafat materialistis yang muncul bersamaan dengan kebangkitan filsafat-filsafat materialistis kuno dan kemudian menyebar luas di abad ke-19. Seperti telah disebutkan sebelumnya, paham materialisme berusaha menjelaskan alam semesta melalui faktor-faktor materi. Karena menolak penciptaan, pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu hidup atau tidak hidup muncul tidak melalui penciptaan, tetapi dari sebuah peristiwa kebetulan yang kemudian mencapai kondisi teratur. AKan tetapi, akal manusia sedemikian terstruktur sehingga mampu memahami keberadaan sebuah kehendak yang mengatur di mana pun ia menemukan keteraturan. Filsafat materialistis, yang bertentangan dengan karakteristik paling mendasar akal manusia ini, memunculkan teori evolusi di pertengahan abad ke-19.
Khayalan Darwin
Orang yang mengemukakan teori evolusi sebagaimana yang dipertahankan dewasa ini adalah seorang naturalis amatir dari Inggris, Charles Robert Darwin.
Darwin tidak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang biologi. Ia hanya memiliki ketertarikan amatir pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut mendorongnya bergabung secara sukarela dalam ekspedisi pelayaran dengan sebuah kapal bernama H.M.S. Beagle, yang berangkat dari Inggris tahun 1832 dan mengarungi berbagai belahan dunia selama lima tahun. Darwin muda sangat takjub melihat beragam spesies makhluk hidup, terutama jenis-jenis burung finch tertentu di kepulauan Galapagos. Ia mengira bahwa variasi pada paroh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitat. Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal-usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep "adaptasi terhadap lingkungan". Menurut Darwin, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari nenek moyang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam.
Hipotesis Darwin tidak berdasarkan penemuan atau peneliteian ilmiah apa pun, tetapi kemudian ia menjadikannya sebuah teori monumental berkat dukungan dan dorongan para ahli biologi materialis terkenal pada masanya. Gagasannya menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitat mereka dengan cara terbaik akan menurunkan sifat-sifat mereka kepada generasi berikutnya. Sifat-sifat yang menguntungkan ini lama kelamaan terakumulasi dan mengubah suatu individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya (asal-usul "sifat yang menguntungkan" ini belum diketahui pada waktu itu). Menurut Darwin, manusia adalah hasil paling maju dari mekanisme ini. Darwin menamakan proses ini "evolusi melalui seleksi alam". Ia mengira telah menemukan "asal-usul spesies": suatu spesies berasal dari spesies lain. Ia memublikasikan pandangannya ini dalam bukunya yang berjudul The Origin of Spesies, By Means of Natural Selection, pada tahun 1859.
Darwin sadar bahwa teorinya menghadapi banyak masalah. Ia mengakui ini dalam bukunya pada bab Difficulties of the Theory. Kesulitan-kesulitan ini terutama pada catatan fosil dan organ-organ rumit makhluk hidup. Darwin berharap kesulitan-kesulitan ini akan teratasi oleh penemuan-penemuan baru, tetapi bagaimanapun ia tetap mengajukan sejumlah penjelasan yang sangat tidak memadai untuk sebuah kesulitan tersebut. Seorang ahli Fisika Amerika, Lipson, mengomentari "kesulitan-kesulitan" Darwin tersebut,
"Ketika membaca The Origin of Spesies saya mendapati bahwa Darwin sendiri tidak seyakin yang sering dikatakan orang tentangnya; bab Difficulties of The Theory misalnya, menunjukkan keragu-raguannya yang cukup besar. Sebagai seorang fisikawan, saya secara khusus merasa terganggu oleh komentarnya mengenai bagaimana mata terbentuk."
Saat menyusun teorinya, Darwin terkesan dengan para ahli biologi evolusionis sebelumnya, terutama seorang ahli biologi Prancis, Lamarck. Menurut Lamark, makhluk hidup mewariskan ciri-ciri yang mereka dapatkan selama hidupnya dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga terjadilah evolusi. Sebagai contoh, jerapah berevolusi dari binatang yang menyerupai antelop. Perubahan ini terjadi dengan memanjangkan leher mereka sedikit demi sedikit dari generasi ke generasi ketika berusaha menjangkau dahan yang lebih tinggi untuk memperoleh makanan. Darwin menggunakan hipotesis Lamarck tentang "pewarisan sifat-sifat yang diperoleh" sebagai faktor yang menyebabkan makhluk hidup berevolusi.
Namun, Darwin dan Lamarck telah keliru, sebab pada masa mereka kehidupan hanya dapat dipelajari dengan teknologi yang sangat primitif dan pada tahap yang sangat tidak memadai. Bidang-bidang ilmu pengetahuan seperti genetika dan biokimia belum ada sekalipun hanya nama. Karena itu, teori mereka harus bergantung sepenuhnya pada kekuatan imajinasi.
Pada saat gema buku Darwin tengah berkumandang, seorang ahli botana Austria bernama Gregor Mendel menemukan hukum penurunan sifat pada tahun 1865. Meskipun tidak banyak dikenal orang hingga akhir abad ke-19, penemuan Mendel mendapat perhatian besar di awal tahun 1900-an. Inilah awal kelahiran ilmu genetika. Beberapa waktu kemudian, struktur gen dan kromosom ditemukan. Pada tahun 1950-an, penemuan struktur molekul DNA yang berisi informasi genetis menghempaskan teori evolusi ke dalam krisis. Alasannya adalah kerumitan luar biasa dari kehidupan dan ketidakabsahan mekanisme evolusi yang diajukan Darwin.
Perkembangan ini mestinya membuat teori Darwin terbuang dalam keranjang sampah sejarah. Namun, ini tidak terjadi, karena ada kelompok-kelompok tertentu yang bersikeras merivisi, memperbarui dan mengangkat kembali teori ini pada kedudukan ilmiah. Kita dapat memahami maksud upaya-upaya tersebut hanya jika menyadari bahwa di belakang teori ini terdapat tujuan idiologis, bukan sekadari kepentingan ilmiah.
Usaha Putus Asa Neodarwinisme
Teori Darwin jatuh terpuruk dalam krisis karena hukum-hukum genetika yang ditemukan pada perempatan pertama abad ke-20. Meskipun demikian, sekelompok ilmuwan yang bertekat bulat tetap setia kepada Darwin berusaha mencari jalan keluar. Mereka berkumpul dalam sebuah pertemuan yang diadakan oleh Geological Society of America pada tahun 1941. Ahli genetika seperti G. Ledyard Stebbins, dan Theodosius Dobzhansky; ahli zoologi seperti Ernst Mayr dan Julian Huxley; ahli paleontologi seperti George Gaylord Simpson dan Glenn L. Jepsen; ahli genetika matematis seperti Ronald Fisher dan Sewal Right, setelah pembicaraan panjang akhirnya menyetujui cara-cara untuk "menambali" sulam darwinisme.
Kader-kader ini berfokus pada pertanyaan tentang asal-usul variasi menguntungkan yang diasumsikan menjadi penyebab makhluk hidup berevolusi--sebuah masalah yang tidak bisa dijelaskan oleh Darwin sendiri dan dielakkan dengan bergantung pada teori Lamarck. Gagasan mereka kali ini adalah "mutasi acak"(random mutations). Mereka menamakan teori baru ini "Teori Evolusi Sintesis Modern" (The Modern Synthetic Evolution Theory), yang dirumuskan dengan manambahkan konsep mutasi pada teori seleksi alam Darwin. Dalam waktu singkat teori ini dikenal sebagai neodarwinisme dan mereka yang mengemukakan ini disebut neodarwinis.
Beberapa dekade berikutnya era perjuangan berat untuk membuktika kebenaran neodarwinisme. Telah diketahui bahwa mutasi atau "kecelakaan" yang terjadi pada gen-gen makhluk hidup selalu membahayakan. Neodarwinis berupaya memberikan contoh "mutasi yang menguntungkan" dengan melakukan ribuan eksperimen mutasi. Akan tetapi, semua upaya mereka berakhir dengan kegagalan total.
Mereka juga berupaya membuktikan bahwa makhluk hidup pertama muncul secara kebetulan di bawah kondisi-kondisi bumi primitif, seperti yang diasumsikan teori tersebut. Akan tetapi, eksperimen-eksperimen ini pun menemui kegagalan. Setiap eksperimen yang bertujuan membutktikan bahwa kehidupan dapat dimunculkan secara kebetulan telah gagal. Perhitungan probabilitas membuktikan bahwa tidak ada satu pun protein yang merupakan molekul penyusun kehidupan dapat muncul secara kebetulan. Begitu pula sel, yang menurut anggapan evolusionis muncul secara kebetulan pada kondisi bumi primitif dan tidak terkendali, tidak dapat disintesis oleh laboratorium-labotarium abad ke-20 yang tercanggih sekalipun.
Teori neodarwinis telah ditumbangkan pula oleh catatan fosil. Tidak pernah ditemukan di belahan dunia mana pun "bentuk-bentuk transisi" yang diasumsikan teori neodarwinis sebagai bukti evolusi bertahap pada makhluk hidup dari spesies primitif ke spesies lebih maju. Begitu pula perbandingan anatomi menunjukkan bahwa spesies yang diduga telah berevolusi dari spesies lain ternyata memiliki ciri-ciri anatomi yang sangat berbeda, sehingga mereka tidak mungkin menjadi nenek moyang dan keturunannya.
Neodarwinisme memang tidak pernah menjadi teori ilmiah, tetapi merupakan sebuah dogma ideologis kalau tidak bisa disebut sebagai semacam "agama". Oleh karena itu, pendukung teori evolusi masih saja mempertahankannya meskipun bukti-bukti berbicara lain. Tetapi, ada satu hal yang mereka sendiri tidak sependapat, yaitu model evolusi mana yang "benar" dari sekian banyak model yang diajukan. Salah satu terpenting dari model-model tersebut adalah sebuah skenario fantastis yang disebut "punctuated equilibrium"
Coba-Coba: Punctuated Equilibrium
Sebagian ilmuwan yang mempercayai teori evolusi menerima teori neodarwinis bahwa evolusi terjadi secara perlahan dan bertahap. Pada beberapa dekade terakhir ini telah dikemukakan sebuah model lain yang dinamakan "puntuated equilibrium". Model ini menolak gagasan Darwin tentang evolusi yang terjadi secara kumulatif dan sedikit demi sedikit. Sebaliknya, model ini menyatakan evolusi terjadi dalam "loncatan" besar yang diskontinu.
Pembela fanatik pendapat ini pertama kali muncul pada awal tahun 1970-an. Awalnya, dua orang ahli paleontologi Amerika, Niles Eldredge dan Stephen Jay Gould sangat sadar bahwa pernyataan neodarwinis telah diruntuhkan secara absolut oleh catatan fosil. Fosil-fosil telah membuktikan bahwa makhluk hidup tidak berasal dari evolusi bertahap, tetapi muncul tiba-tiba dan sudah terbentuk sepenuhnya. Hingga sekarang neodarwinis senantiasa berhadap bahwa bentuk peralihan yang hilang suatu hari akan ditemukan. Eldrede dan Gould menyadari bahwa harapan ini tidak berdasar, namun di sisi lain mereka tetap tidak mampu meninggalkan dogma evolusi. Karena itulah, akhirnya mereka mengemukakan sebuah model baru yang disebut puntuated equilibrium tadi. Inilah model yang menyatakan bahwa evolusi tidak terjadi sebagai hasil dari variasi minor, namun dalam perubahan besar dan tiba-tiba.
Model ini hanya sebuah khayalan. Sebagai contoh, O.H. Shindewolf, seorang ahli paleontologi dari Eropa yang merintis jalan bagi Eldredge dan Gould, menyatakan bahwa burung pertama muncul dari sebutir telur reptil, sebagai "mutasi besar-besaran" (gross mutation), yakni akibat "kecelakaan" besar yang terjadi pada struktur gen. Menurut teori tersebut seekor binatang darat dapat menjadi paus raksasa setelah mengalami perubahan menyeluroh secara tiba-tiba. Pernyataan yang sama sekali bertentangan dengan hukum-hukum genetika, biofisika, dan biokimia ini, sama ilmiahnya dengan dongen katak yang menjadi pangeran! Dalam ketidakberdayaan karena pandangan neodarwinis terpuruk dalam krisis, sejumlah ahli paleontologi pro-evolusi mempercayai teori ini, teori baru yang bahkan lebih ganjil daripada neodarwinisme itu sendiri.
Satu-satunya tujuan model ini adalah memberi penjelasan untuk mengisi celah dalam catatan fosil yang tidak dapat dijelaskan model neodarwinis. Namun, usaha menjelaskan kekosongan fosil dalam evolusi burung dengan pernyataan bahwa "seekor burung muncul tiba-tiba dari sebutir telur reptil" sama sekali tidak rasional. Sebagaimana diakui oleh evolusionis sendiri, evolusi dari satu spesies ke spesies lain membutuhkan perubahan besar informasi genetis yang menguntungkan. AKan tetapi, tidak ada mutasi yang memperbaiki informasi genetis atau menambahkan informasi baru padanya. Mutasi hanya merusak informasi genetis. Dengan demikian, "mutasi besar-besaran" yang digambarkan oleh model puntuated equlibrium hanya akan menyebabkan pengurangan atau perusakan "besar-besaran" pada informasi genetis.
Lebih jauh lagi, model puntuated equilibrium runtuh sejak pertama kali muncul karena ketidakmampuannya menjawab pertanyaan tentang asal-usul kehidupan, pernyataan serupa yang menggugurkan model neo-Darwinis sejak awal. Karena tidak satu protein pun yang muncul secara kebetulan, perdebatan mengenai apakah organisme yang terdiri dari milyaran protein mengalami proses evolusi secara "tiba-tiba" atau "bertahap" tidak masuk akal.
Kendati demikian, neodarwinisme masih menjadi model yang terlintas dalam pikiran ketika "evolusi" menjadi pokok perbincangan dewasa ini. Dalam bab-bab selanjutnya kita akan melihat dua mekanisme rekaan model neodarwinis, kemudian memeriksa catatan fosil untuk menguji model saat ini. Setelah itu, kita akan membahas pertanyaan tentang asal usul kehidupan yang menggugurkan model neodarwinis dan semua model evolusionis lain seperti "evolusi dengan lompatan" (evolutin by leaps).
Sebelumnya ada baiknya mengingatkan pembaca bahwa fakta yang akan kita hadapi di setiap tahap adalah bahwa skenario evolusi merupakan sebuah dongeng belaka, kebohongan besar yang sama sekali bertentangan dengan dunia nyata. Ini adalah sebuah skenario yang telah digunakan untuk membohongi dunia selama 140 tahun. Berkat penemuan-penemuan ilmiah terakhir, usaha kontinu yang mempertahankan teori tersebut akhirnya menjadi mustahil.

Rabu, 29 Agustus 2012

Pengertian dan Hakekat Belajar



Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Nana Syaodih Sukmadinata (2005) menyebutkan bahwa sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Lantas, apa sesungguhnya belajar itu? Di bawah ini disampaikan tentang pengertian belajar dari para ahli :
  • Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
  • Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
  • Crow & Crow dan (1958) : “ belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”.
  • Hilgard (1962) : “belajar adalah proses dimana suatu perilaku muncul perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap sesuatu situasi”
  • Di Vesta dan Thompson (1970) : “belajar adalah perubahan perilaku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman”.
  • Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang yang muncul karena pengalaman”
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
1.  Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan, misalnya pengetahuannya semakin bertambah atau keterampilannya semakin meningkat, dibandingkan sebelum dia mengikuti suatu proses belajar. Misalnya, seorang mahasiswa sedang belajar tentang psikologi pendidikan. Dia menyadari bahwa dia sedang berusaha mempelajari tentang Psikologi Pendidikan. Begitu juga, setelah belajar Psikologi Pendidikan dia menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku, dengan memperoleh sejumlah pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan Psikologi Pendidikan.
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya. Begitu juga, pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah diperoleh itu, akan menjadi dasar bagi pengembangan pengetahuan, sikap dan keterampilan berikutnya. Misalnya, seorang mahasiswa telah belajar Psikologi Pendidikan tentang “Hakekat Belajar”. Ketika dia mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”, maka pengetahuan, sikap dan keterampilannya tentang “Hakikat Belajar” akan dilanjutkan dan dapat dimanfaatkan dalam mengikuti perkuliahan “Strategi Belajar Mengajar”.
3. Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang. Contoh : seorang mahasiswa belajar tentang psikologi pendidikan, maka pengetahuan dan keterampilannya dalam psikologi pendidikan dapat dimanfaatkan untuk mempelajari dan mengembangkan perilaku dirinya sendiri maupun mempelajari dan mengembangkan perilaku para peserta didiknya kelak ketika dia menjadi guru.
4. Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan. Misalnya, seorang mahasiswa sebelum belajar tentang Psikologi Pendidikan menganggap bahwa dalam dalam Prose Belajar Mengajar tidak perlu mempertimbangkan perbedaan-perbedaan individual atau perkembangan perilaku dan pribadi peserta didiknya, namun setelah mengikuti pembelajaran Psikologi Pendidikan, dia memahami dan berkeinginan untuk menerapkan prinsip – prinsip perbedaan individual maupun prinsip-prinsip perkembangan individu jika dia kelak menjadi guru.
5. Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru, individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan. Misalnya, mahasiswa ingin memperoleh pengetahuan baru tentang psikologi pendidikan, maka mahasiswa tersebut aktif melakukan kegiatan membaca dan mengkaji buku-buku psikologi pendidikan, berdiskusi dengan teman tentang psikologi pendidikan dan sebagainya.
6. Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam dirinya. Misalnya, mahasiswa belajar mengoperasikan komputer, maka penguasaan keterampilan mengoperasikan komputer tersebut akan menetap dan melekat dalam diri mahasiswa tersebut.
7. Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang. Misalnya, seorang mahasiswa belajar psikologi pendidikan, tujuan yang ingin dicapai dalam panjang pendek mungkin dia ingin memperoleh pengetahuan, sikap dan keterampilan tentang psikologi pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk kelulusan dengan memperoleh nilai A. Sedangkan tujuan jangka panjangnya dia ingin menjadi guru yang efektif dengan memiliki kompetensi yang memadai tentang Psikologi Pendidikan. Berbagai aktivitas dilakukan dan diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya. Misalnya, mahasiswa belajar tentang “Teori-Teori Belajar”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Teori-Teori Belajar”, dia juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang guru menguasai “Teori-Teori Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Teori-Teori Belajar”.
Menurut Gagne (Abin Syamsuddin Makmun, 2003), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk :
  • Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definisi, dan sebagainya.
  • Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan (discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi pemecahan masalah.
  • Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan ingatan dan cara – cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses pemikiran.
  • Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain. Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan vertindak dalam menghadapi suatu obyek atau peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
  • Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Sementara itu, Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam:
  • Kebiasaan; seperti : peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
  • Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
  • Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
  • Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.
  • Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).
  • Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.
  • Inhibisi. menghindari hal yang mubazir.
  • Apresiasi, menghargai karya-karya bermutu.
  • Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.

Lukman Hakim dan Keledai



Lukman Hakim memerintahkan anaknya mengambil seekor keledai. Sang anak memenuhinya dan membawanya ke hariban sang ayah. Lukman menaiki keledai itu dan memerintahkan anaknya untuk menuntun keledai.
Keduanya berjalan melewati kerumunan orang banyak. Tiba-tiba orang-orang mengecam seraya berkata, "Anak kecil itu berjalan kaki, sedangkan orang-tuanya nangkring di atas keledai, alangkah kejam dan kasarnya ia." Lukman bertanya kepada anaknya, "Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku?" Sang anak menyampaikan tanggapan mereka.
Kemudian, Lukman turun menuntun keledai. Sang anak ganti menaiki keledai. Keduanya lalu berjalan melewati keramaian di tempat lain. Tiba-tiba mereka mencemooh sang anak seraya berkata, "Anak muda itu menaiki keledai, sedangkan orang tuanya berjalan kaki, alangkah jelek dan kurang ajar sang anak." Lukman bertanya kepada anaknya, "Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku?"
Sang anak menyampaikan tanggapan mereka.
Kemudian, Lukman dan anaknya sama-sama menaiki keledai berboncengan. Keduanya melewati keramaian di tempat lain, tiba-tiba orang-orang mencerca keduanya seraya berkata, "Betapa kejam kedua orang itu, mereka menaiki seekor keledai, padahal mereka tidak sakit, dan tidak pula lemah." Lukman bertanya kepada anaknya, "Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku?"
Sang anak menyampaikan tanggapan mereka.
Akhirnya, Lukman dan anaknya turun dari keledai. Keduanya berjalan kaki sambil menuntunnya melewati keramaian di tempat lain. Tiba-tiba orang-orang mengecam seraca berkata, "Subhanallah... seekor himar yang sehat dan kuat berjalan? sementara kedua orang itu berjalan menuntunnya, alangkah baiknya jika salah satu dari mereka menaikinya." Lukman bertanya kepada anaknya, "Bagaimana tanggapan orang-orang wahai anakku?"
Sang anak menyampaikan tanggapan mereka.
Kemudian, Lukman menasihati anaknya: "Wahai anakku, bukankah aku telah berkata kepadamu, kerjakanlah pekerjaan yang membuat engkau menjadi saleh dan janganlah menghiraukan orang lain. Dengan peristiwa ini saya hanya ingin memberi pelajaran kepadamu."

Kamis, 16 Agustus 2012

Makna Hari Raya Idul Fitri

Hari Raya idul fitri merupakan salah satu hari besar dalam islam yang sering dirayakan yang terkadang cenderung berlebihan. terlepas dari kemungkinan adanya perbedaan dalam menentukan Hari Raya Idul Fitri ( 1 Syawal ), yang jelas, seluruh umat Islam di dunia ini akan segera merayakan hari yang biasa dianggap ‘kemenangan’ tersebut. Perayaan rutin setiap tahun ini menjadi momen sangat penting setelah berpuasa selama sebulan pada bulan Ramadhan. Seluruh umat Islam merayakannya dengan suka dan cita, tak berbeda yang rajin puasa maupun yang puasa hanya alakadarnya bahkan yang tidak puasa pun ikut merayakannya.
Sebagaimana sudah maklum, selain Hari Raya Idul Fitri, umat Islam juga punya Hari Raya Idul Adha pada 10 Dzulhijjah. Dalam literatur-literatur Islam klasik, hari raya ini disebut Idul Akbar (hari raya besar), sementara Idul Fitri hanya disebut sebagai Idul Ashgar (hari raya kecil).
Sebagaimana hari-hari besar lain, Idul Fitri tentu memiliki makna umum sebagai hari libur nasional sekaligus makna khusus yang dirasakan umat Islam. Paling tidak, Idul Fitri dianggap sebagai hari kemenangan mengalahkan hawa nafsu dengan berpuasa sebulan penuh. Erat kaitannya dengan Hari Raya Idul Fitri adalah zakat fitrah yang wajib dikeluarkan setiap individu Muslim.
Kalimat kedua dari dua terma ini (Idul Fitri dan zakat fitrah) adalah kalimat yang berasal dari bahasa Arab fithrah yang berarti natural atau dalam bahasa Indonesianya biasa diterjemahkan sebagai segala sesuatu yang suci, bersifat asal, atau pembawaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 1997).

Sisi etimologis Idul Fitri terdiri dari dua kata. Pertama, kata ‘id yang dalam bahasa Arab bermakna `kembali’, dari asal kata ‘ada. Ini menunjukkan bahwa Hari Raya Idul Fitri ini selalu berulang dan kembali datang setiap tahun. Ada juga yang mengatakan diambil dari kata ‘adah yang berarti kebiasaan, yang bermakna bahwa umat Islam sudah biasa pada tanggal 1 Syawal selalu merayakannya (Ibnu Mandlur, Lisaanul Arab).
Dalam Alquran diceritakan, ketika para pengikut Nabi Isa tersesat, mereka pernah berniat mengadakan ‘id (hari raya atau pesta) dan meminta kepada Nabi Isa agar Allah SWT menurunkan hidangan mewah dari langit (lihat QS Al Maidah 112-114). Mungkin sejak masa itulah budaya hari raya sangat identik dengan makan-makan dan minum-minum yang serba mewah. Dan ternyata Allah SWT pun mengkabulkan permintaan mereka lalu menurunkan makanan.(QS Al-Maidah: 115).
Jadi, tidak salah dalam pesta Hari Raya Idul Fitri masa sekarang juga dirayakan dengan menghidangkan makanan dan minuman mewah yang lain dari hari-hari biasa. Dalam hari raya tak ada larangan menyediakan makanan, minuman, dan pakaian baru selama tidak berlebihan dan tidak melanggar larangan. Apalagi bila disediakan untuk yang membutuhkan. Abdur Rahman Al Midani dalam bukunya Ash-Shiyam Wa Ramadh?n Fil Kitab Was Sunnah (Damaskus), menjelaskan beberapa etika merayakan Idul Fitri. Di antaranya di situ tertulis bahwa untuk merayakan Idul Fitri umat Islam perlu makan secukupnya sebelum berangka ke tempat shalat Id, memakai pakaian yang paling bagus, saling mengucapkan selamat dan doa semoga Allah SWT menerima puasanya, dan memperbanyak bacaan takbir. Kata yang kedua adalah Fitri. Fitri atau fitrah dalam bahasa Arab berasal dari kata fathara yang berarti membedah atau membelah, bila dihubungkan dengan puasa maka ia mengandung makna `berbuka puasa’.
Kembali kepada fitrah ada kalanya ditafsirkan kembali kepada keadaan normal, kehidupan manusia yang memenuhi kehidupan jasmani dan ruhaninya secara seimbang. Sementara kata fithrah sendiri bermakna `yang mula-mula diciptakan Allah SWT` (Dawam Raharjo, Ensiklopedi Alquran: hlm 40, 2002). Berkaitan dengan fitrah manusia, Allah SWT berfirman dalam Alquran: “Dan ketika Tuhanmu mengeluarkan anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
Bukankah Aku ini Tuhanmu?.
Mereka menjawab:”Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. (QS. Al A`r?f: 172).
Ayat ini menjelaskan bahwa seluruh manusia pada firtahnya mempunya ikatan primordial yang berupa pengakuan terhadap ketuhanan Allah SWT. Dalam hadis, Rasulallah SAW juga mempertegas dengan sabdanya:
“Setiap anak Adam dilahirkan dalam keadaan fitrah: kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani dan Majusi (HR. Bukhari).”

Hadits ini memperjelas kesaksian atau pengakuan seluruh manusia yang disebutkan Alquran di atas.
Sisi terminologi
Kendati dalam literatur-literatur Islam klasik, Idul Fitri disebut sebagai Idul Ashgar (hari raya yang kecil) sementara Idul Adhha adalah Idul Akbar (hari raya yang besar), umat Islam di Tanah Air selalu terlihat lebih semarak merayakan Idul Fitri dibandingkan hari-hari besar lainnya, bahkan hari raya Idul Adha sekalipun. Momen Idul Fitri dirayakan dengan aneka ragam acara, dimulai dengan shalat Id berjamaah di lapangan terbuka hingga halal bi halal antarkeluarga yang kadang memanjang hingga akhir bulan Syawal. Dalam terminologi Islam, Idul Fitri secara sederhana adalah hari raya yang datang berulang kali setiap tanggal 1 Syawal yang menandai puasa telah selesai dan kembali diperbolehkan makan minum di siang hari. Artinya, kata fitri disitu diartikan `berbuka atau berhenti puasa` yang identik dengan makan-makan dan minum-minum. Maka tidak salah apabila Idul Fitri pun disambut dengan pesta makan-makan dan minum-minum mewah yang tak jarang terkesan diada-adakan oleh sebagian keluarga.
Terminologi Idul Fitri seperti ini harus dijauhi dan dibenahi, sebab selain kurang mengekspresikan makna Idul Fitri sendiri, juga terdapat makna yang lebih mendalam lagi. Idul Fitri seharusnya dimaknai sebagai `kepulangan seseorang kepada fitrah asalnya yang suci` sebagaimana ia baru saja dilahirkan dari rahim ibu. Secara metafor, kelahiran kembali ini berarti seorang Muslim yang selama sebulan melewati Ramadhan dengan puasa, qiyam, dan segala ragam ibadahnya harus mampu kembali berislam, tanpa benci, iri, dengki, serta bersih dari segala dosa dan kemaksiatan.
Idul Fitri berarti kembali pada naluri kemanusian yang murni, kembali pada keberagamaan yang lurus, dan kembali dari seluruh praktik busuk yang bertentangan dengan jiwa manusia yang masih suci. Kembali dari segala kepentingan duniawi yang tidak islami. Inilah makna Idul Fitri yang asli.
Adalah kesalahan besar apabila Idul Fitri dimaknai dengan `perayaan kembalinya kebebasan makan dan minum` sehingga yang tadinya dilarang makan siang, setelah hadirnya Idul Fitri akan balas dendam., atau dimaknai sebagai kembalinya kebebasan berbuat maksiat yang tadinya dilarang dan ditinggalkan. Kemudian, karena Ramadhan sudah usai maka kemaksiatan kembali ramai-ramai digalakkan. Ringkasnya, kesalahan itu pada akhirnya menimbulkan sebuah fenomena umat yang saleh musiman, bukan umat yang berupaya mempertahankan kefitrian dan nilai ketakwaan. 

Ikhtisar
- Idul fitri merupakan momentum terbaik bagi setiap manusia untuk kembali ke fitrahnya sebagai makhluk yang suci dan terampuni dosanya.
- Cuma, saat ini masih banyak kalangan yang mengartikan Idul Fitri hanya sebagai hari terbebasnya manusia dari kewajiban berpuasa.
- Ada juga kalangan yang menjadikan Idul Fitri sebagai hari pamer kemewahan.
- Mereka yang keliru memaknai Idul Fitri hanya akan menjadi manusia yang saleh secara musiman.

Selamat Hari Raya Iedul Fitri .. Taqobalallohu mina wa minkum

Rabu, 08 Agustus 2012

Kajian Tentang Kemukjizatan Al-Qur'an





Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberi kepada Nabi kita, Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam banyak sekali mukjizat. Diantaranya, terbelahnya rembulan menjadi dua bagian, kerikil yang ada di tangannya mengucap kalimat tasbih, memancarnya air dari sela-sela jemarinya, serta beliau mampu mengubah makanan sedikit menjadi banyak hingga mencukupi kebutuhan orang banyak.

Dan, mukjizat paling agung yang telah diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada beliau adalah al-Qur'an. Al-Qur'an al-Adhim adalah mukjizat agung yang memberi khitab (perintah) kepada hati dan akal fikiran, dan dia adalah mukjizat yang kekal abadi sampai hari kiamat nanti. Dan, sungguh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah menantang kaumnya yang fasih (lancar dan benar tutur katanya) dan baligh (mendalam makna ucapannya) untuk membuat padanan atau tandingan yang menyerupai al-Qur'an ini, atau minimal satu surat yang menyerupainya, namun mereka tidak sanggup melakukannya. Hal ini dilakukan oleh beliau seiring dengan gencarnya permusuhan mereka yang mendorong mereka untuk menentang/melawan al-Qur'an demi untuk memusnahkan agama (Islam) ini. Akan tetapi, mereka sekali-kali tidak pernah menemukan cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Jika orang-orang Arab saja tidak sanggup membuat kitab tandingan yang menyamai al-Qur'an ini, maka tentunya selain mereka (non Arab) lebih tidak mampu lagi. Hal itu, mengingat orang-orang Arab yang merupakan obyek pertama diturunkannya al-Qur'an tersebut, adalah para pakar yang memiliki kemampuan berbahasa secara fasih dan baligh. Dan, sejarah telah mencatat bahwasanya al-Qur'an merupakan bukti kemukjizatan, maka tidak ada satu pun orang yang mengaku dirinya sanggup membuat kitab yang menyerupai al-Qur'an ini.

"Dan sesungguhnya al-Qur'an itu adalah kitab yang mulia. Yang tidak datang kepadanya (al-Qur'an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari (Rabb) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji." (QS. Fushshilaat: 41-42)

”Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang yang kafir." (QS. Al-Baqarah : 23-24)

Al-Qur'an Sebagai Pola Baru Mukjizat

Al-Qur'an adalah sebuah mukjizat yang berbeda dengan mukjizat-mukjizat para rasul seluruhnya. Karena, dia adalah mukjizat yang kekal abadi untuk selamanya, tidak akan musnah bersamaan dengan wafatnya seorang rasul yang menerimanya, sebagaimana al-Qur'an merupakan/berisi kisah tentang keadaan (kondisi) para rasul terdahulu. Dia adalah mukjizat yang memberi khitab (perintah) kepada akal fikiran dan hati, sebagaimana dia juga memberi khitab kepada fitrah manusia sepanjang masa dan tempat. Sungguh mukjizat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah mukjizat yang terbaca, yaitu al-Qur'an. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Tiadalah diantara para nabi seseorang yang diangkat nabi melainkan dia sungguh dikaruniai bukti-bukti (mukjizat) serupa yang telah dipercayai oleh manusia, sedangkan yang dikaruniakan kepadaku adalah wahyu yang diwahyukan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepadaku, dan aku berharap agar aku menjadi seorang diantara mereka yang paling banyak pengikutnya nanti pada hari kiamat." [1]) 9 [1] . Muttafaq'alaih, Lihat kitab Misykaat al-Mashaabiih, 3/124

Tidaklah Allah Subhanahu wa Ta'ala berkehendak untuk menjadikan mukjizat rasul terakhir ini berupa suatu yang inderawi (hissiyah) yang barangkali akan membuat orang yang melihatnya lupa begitu saja. Kalaupun seandainya Allah Subhanahu wa Ta'ala berkehendak, niscaya Dia pasti menurunkan mukjizat besar yang mampu melipat-lipat leher (baca: menundukkan) orang-orang yang menyaksikannya, sehingga mereka tidak bisa lagi membantah dan mengingkari mukjizat tersebut. " Jika Kami kehendaki niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya." (QS. Asy-Syu'araa:4)

Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menghendaki agar kerasulan ini menjadi kerasulan yang terbuka bagi umat seluruhnya dan generasi seluruhnya, dan bukan merupakan kerasulan yang tertutup bagi generasi di suatu zaman dan tempat tertentu. Maka, dia juga merupakan mukjizat yang terbuka bagi orang dekat dan jauh, bagi seluruh umat dan seluruh generasi yang ada. Sementara, mukjizat-mukjizat lainnya hanya akan menundukkan orang-orang yang menyaksikannya saja, lalu setelah itu, dia hanya tinggal sebagai kisah yang akan diceritakan, bukan suatu realitas yang kasat mata. Inilah mukjizat Nabi kita, Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang setelah lebih dari empat belas abad lamanya masih tetap menjadi kitab yang terbuka dan manhaj yang tertulis. Yaitu, kitab yang dijadikan pegangan/pedoman oleh umat sekarang ini sepanjang hidup mereka –-seandainya mereka diberi petunjuk untuk menjadikannya sebagai pemimpin mereka— dan kitab yang mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka dengan sempurna, serta yang menggiring mereka setelah itu (baca: kematian), ke alam yang lebih baik, cakrawala yang lebih tinggi, dan tempat persemayaman yang lebih ideal.

Beberapa Aspek Kemukjizatan Al-Qur'an

Al-Qur'an bisa dikatakan mukjizat dalam semua aspek dan sudut pandangnya:
  • Dia merupakan mukjizat dalam susunan ta'bir (penuturan kalimat)nya dan dalam rangkaian seninya berdasarkan keistiqamahan atau konsistensinya terhadap satu kekhususan di dalam satu tingkatan, tidak berbeda-beda dan tidak berlapis-lapis. Dan, kekhususan-kekhususannya tersebut tidak akan terbelakang sebagaimana dia berisikan tentang keadaan perilaku-perilaku manusia. Sekalipun di sana tampak adanya peningkatan dan penurunan, kekuatan dan kelemahan dalam perilaku seseorang yang bisa berubah-ubah keadaannya, namun kekhususan-kekhususan al-Qur'an dalam konteks ta'bir ini akan tetap eksis pada satu rangkaian dan satu tingkatan, stabil dan tidak akan terbelakang, yang menunjukkan pada sumbernya yang tidak akan berbeda-beda keadaannya (konstan).
     
  • Dia merupakan mukjizat dalam bangunannya, dan dalam keteraturan dan saling melengkapi antar bagian-bagiannya. Maka, tidak ada kesalahan dan kerancuan (kontradiksi) di dalamnya. Setiap taujihat (arahan-arahan)nya akan saling bertemu, tersusun rapi, dan saling melengkapi, serta meliputi kehidupan manusia, mengupasnya secara tuntas, menjawab permasalahannya, dan memotivasinya, tanpa ada satu pun bagian dari manhaj sempurna ini yang bertentangan dengan bagian yang lain, dan tanpa ada sedikit pun darinya yang berbenturan dengan fitrah manusia, sekalipun fitrah manusia cenderung mengabaikannya. Semuanya diikat pada satu poros di dalam kesesuaian yang tidak mungkin terjangkau oleh pengalaman manusia yang terbatas. Dan, mesti harus ada pengetahuan bersifat komperhensif yang tidak terikat dengan waktu dan tempat, yang berada di dalam wilayah cakupannya dan peraturannya.
     
  • Dia merupakan mukjizat dalam hal kemudahan untuk masuk ke dalam hati dan sanubari manusia, memegang kunci-kuncinya, membuka pintu-pintu penutupnya, menampung berbagai media perasaan/emosi dan reaksi di dalamnya, serta menangani berbagai kesulitan dan problematikanya secara luwes dan mudah lagi menakjubkan, juga dalam hal mendidiknya dan mengarahkannya sesuai manhajnya dengan melalui sentuhan yang paling lunak, tanpa ada kerumitan, ketimpangan, dan kesalahan.

    Dan, dia juga merupakan mukjizat dalam hal pemberitahuannya tentang perkara-perkara gaib yang ada di balik alam kasunyatan (alam realita), seperti alam malaikat, jin, hari akhir, serta hal-hal gaib yang telah lalu dan yang akan datang. Dan, apa yang tersingkap oleh ilmu manusia dari sejarah manusia, juga berbagai peristiwa yang menimpanya, akan membenarkan apa yang telah dibawa oleh Nabi yang ummi ini, yang tidak bisa menulis maupun membaca kitab.
     
  • Dia merupakan mukjizat di dalam apa yang dikabarkan sebagai hakikat alam, yang tidak seorang pun manusia mendapat petunjuk untuk mengetahuinya, dan menyingkap sebagian rahasia-rahasianya, selain hanya satu hadis (perkataan) saja.
     
  • Serta, dia merupakan mukjizat di dalam syariat dan hukum-hukumnya, yaitu dalam hal kesempurnaan, kemuliaan, kelayakannya bagi manusia sepanjang masa.
Mukjizat Ilmiah Di Dalam al-Qur'an

Yang menarik di dalam al-Qur'an ini adalah bahwa kemukjizatannya akan selalu baru sepanjang zaman. Maka, setiap kaum akan sampai kepada mereka al-Qur'an ini, sehingga mereka bisa melihat kandungannya dengan mata penglihatan orang yang mencari ibrah dan mau membuka mata. Mereka akan mendapati di dalamnya tanda-tanda dan bukti-bukti yang bisa menguatkan bagi mereka bahwasanya al-Qur'an berasal langsung dari sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Sementara kita pada saat ini mampu menghasilkan ilmu-ilmu yang dapat menyingkap sesuatu yang merupakan bagian dari rahasia-rahasia alam. Maka, kita pun meneliti galaksi (tempat-tempat bintang), peredarannya, bentuknya, dan muatannya, sebagaimana para pakar meneliti proses penciptaan makhluk beserta rahasia-rahasia di balik makhluk-makhluk tersebut. Mereka meneliti atom dan sel tubuh, serta menyelami dasar bumi dan lautan. Namun, tiba-tiba kita dikejutkan oleh tesis yang menyatakan bahwa kebanyakan hakikat yang dicapai oleh para pakar tersebut setelah melalui berbagai kajian yang panjang dan jerih payah yang meletihkan ternyata telah dibicarakan atau telah disinyalir secara jelas oleh al-Qur'an al-'Adhim sebelumnya.

Semua inilah yang semakin menambah dan memperdalam keimanan, dan membuktikan bahwa al-Qur'an al-'Adhim ini diturunkan langsung dari sisi Allah, Dzat Yang Maha Tahu, Maha Bijaksana, lagi Maha Mengetahui. Al-Qur'an ini adalah perkataan/ucapan sekaligus perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala, sedangkan makhluk adalah buatan dan ciptaan-Nya. Maka, jika Sang Pencipta membicarakan ciptaan-Nya, dan menuturkan sesuatu dari hakikat makhluk ciptaan-Nya tersebut, maka sudah pasti akan terjadi persesuaian antara khabar qauli (berita yang bersifat ucapan) dengan khalq kauni (penciptaan yang bersifat alamiah). Karena, ucapan tersebut adalah ucapan Allah sendiri, dan ciptaan itu pun adalah ciptaan-Nya sendiri." Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Rabb semesta alam." (QS.Al-''Araaf:54)

Sedangkan jiwa manusia akan sepenuhnya berserah diri manakala mengetahui rahasia-rahasia yang terlupakan yang tidak pernah diketahui oleh manusia sebelumnya. Kemudian, ternyata jiwa tersebut mendapati bahwa Nabi berkebangsaan Arab yang ummi, tidak bisa menulis, tidak bisa membaca, tidak pernah mengeyam pendidikan di perguruan tinggi, dan tidak pernah belajar pada seorang guru dari keturunan Nabi Adam 'Alaihissalaam, membicarakan atau mensinyalir tentang hakikat ilmiah tersebut. Maka, kalau bukan al-Qur'an ini merupakan wahyu dari Sang Pencipta, niscaya Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah mampu menetapkan hakikat-hakikat samar ini, juga rahasia-rahasia tersembunyi yang tidak pernah diketahui oleh manusia sebelum masa ini. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman," Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (al-Qur'an) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang memgingkari(mu)." (QS. Al-'Ankabuut:48)

Pendeta Nasrani Menggunakan Teks-Teks Ilmiah Di Dalam Kitab Taurat Untuk Mengajak Orang-Orang Komunis Masuk Agama Nasrani

Seorang pendeta Nasrani telah menggunakan metode ini dalam mendakwahkan agama Nasrani. Pernah terdapat 12 mahasiswa berasal dari China yang belajar di universitas California, USA, menghadap kepada seorang pendeta yang bernama Barkeley, dan meminta kepadanya agar menyusunkan jadwal kajian mereka seputar agama Nasrani pada hari-hari minggu. Tujuan mereka di balik semua itu, adalah untuk mengenal seberapa jauh pengaruh agama terhadap kebudayaan Amerika.

Lalu, pendeta tersebut memanggil seorang ilmuwan pakar matematika dan astronomi yang bernama Prof. Peter dan Stoner, dan meminta darinya agar menangani masalah pengajaran terhadap para pemuda China tersebut.

Selanjutnya, guru besar dalam bidang matematika dan astronomi ini memilih pembahasan sifr at-takwiin (bagian kitab perjanjian lama tentang penciptaan) dari kitab Taurat. Di dalam pembahasan ini terdapat beberapa maklumat (data) yang membicarakan tentang permulaan alam (kosmos). Sang professor ini tidak mengajarkan Taurat kepada mereka dengan metode tradisional (konvensional), dan dia bersama sejumlah mahasiswa China tersebut menghabiskan musim dingin untuk mempelajari berbagai data tersebut, lalu mereka mencatat dalam setiap kajian tersebut berbagai pertanyaan yang muncul dalam benak fikiran mereka seputar apa yang mereka dengarkan. Setelah itu, mereka merujuk kepada kitab-kitab ilmiah yang ada di perpustakaan universitas untuk meneliti kebenaran yang telah dibicarakan oleh sifr at-takwiin ini. Yaitu, sebuah tahapan yang merujuk kepada kehidupan sehari-hari Nabi Musa 'Alaihissalaam sebelum beberapa ribu tahun yang lalu. Dan, setelah melakukan berbagai kajian panjang secara kontinyu, para mahasiswa tersebut akhirnya memeluk agama Nasrani. [2] . Cobalah tengok peristiwa ini di dalam kitab "Al-Islaam Yatahaddaa" karangan Wahiduddin Khan, hal. 121, dan penulis telah menukil dari pengarang kitab tersebut di dalam kitabnya, " The Evidence of God" P.P. 137-38.

Kita hakikatnya mengimani kitab Taurat dan Injil. Namun, ternyata teks-teks yang terkandung di dalamnya telah banyak mengalami perubahan, penyelewengan, dan penggantian redaksi, yaitu akibat upaya penerjemahan yang dilakukan secara terus-menerus dari satu bahasa ke bahasa lainnya, dan karena ulah tangan para ulama sesat yang telah menyelipkan/memasukkan di dalam kedua kitab ini sesuatu yang bukan darinya, dan sebaliknya mereka membuang dari keduanya teks-teks yang tidak berpihak kepada mereka. Maka, selebihnya adalah kebenaran yang masih tersisa di dalamnya bercampur dengan banyak sekali kebatilan. Sedangkan al-Qur'an adalah kitab samawi yang terakhir, yang tidak pernah berubah-ubah dan berganti-ganti redaksi, dan hakikat-hakikat alam yang terkandung di dalamnya pun sangat banyak dan terbukti kevalidannya.

Beberapa Contoh Dari Kemukjizatan Ilmiah Di Dalam Al-Qur'an

Sebenarnya tulisan dalam konteks semacam ini telah banyak ditulis. Namun, di sini, saya akan menyebutkan beberapa contoh saja. Diantaranya:
  • Tahapan penciptaan janin. Al-Qur'an menguraikan tahapan-tahapan ini secara terinci dan akurat, dan tidak ada diantara para ulama yang pernah mengetahui rincian-rincian ini selain baru-baru ini saja.

    Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
    " Hai manusia, kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur); maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari seumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepadamu." (QS. Al-Hajj:5)

    " Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al-Mu'minuun: 12-14)

    Cobalah kamu merujuk kepada sumber-sumber medis yang membahas tentang penciptaan janin, apakah kamu menemukan di dalam apa yang telah dikatakan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada kita tersebut, sesuatu yang bertentangan dengan hakikat-hakikat yang telah disebutkan oleh Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui ini?
     
  • Kotoran yang terdapat di dalam darah haidh. "Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah:"Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. " (QS. Al-Baqarah:222).

    Bagi para ilmuwan zaman sekarang telah nyata/terbukti, bahwa darah haidh merupakan darah rusak, yang mengandung banyak virus dan berbagai macam bakteri (kuman). Jika seseorang lelaki menggauli istrinya di tengah-tengah masa haidh, maka dikhawatirkan dia akan terkena peradangan dan penyakit-penyakit yang akan menyiksanya.

    Di samping itu, alat kelamin (organ seksual) pada wanita tersebut akan terinjeksi sewaktu haidh, khususnya rahim yang akan terinjeksi sampai mengalami hemophilia (kehabisan darah). Jika seorang lelaki menggauli istrinya, maka itu akan berakibat terkoyaknya dinding-dinding rahim wanita, hingga tersebarlah penyakit menular melalui berbagai virus yang ada pada dinding-dinding tersebut ke bagian-bagian tubuh lainnya, yang mana itu sangat berpengaruh pada kesehatan wanita tersebut. Kemudian, di sana juga terdapat kotoran dari jenis ketiga, yaitu gangguan psikis yang akan menimpa kedua pasangan suami-istri tersebut. Maka, kebanyakan lelaki dan perempuan akan dirundung rasa ketakutan dan kepanikan jiwa (nervous), yang akan berakibat pada penyakit lemah syahwat yang terkadang sangat parah.
     
  • Tempat urat-urat saraf yang akan merasa (sakit) bila terbakar dan tertimpa musibah. Urat-urat saraf ini hanya berada di dalam kulit saja. Karenanya, kalau seandainya usus-usus manusia diputus setelah dibelah perutnya, maka dia tidak akan merasa usus-ususnya terputus. Dan, al-Qur'an telah mensinyalir hakikat ini di dalam firman Allah yang berbunyi, "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. An-Nisaa:56)

    Dan, tidak bertentangan dengan semua ini dengan adanya manusia yang merasakan dingin dan panas di dalam usus-ususnya. Karena, yang ada di dalam kulit adalah urat-urat saraf yang merasakan sakit karena tertimpa musibah dan kebakaran. Sementara, di sana masih terdapat banyak sekali urat-urat saraf lainnya yang tersebar di dalam anggota tubuh manusia.
     
  • Alam yang membentang luas, "Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (QS. Adz-Dzaariyaat:47)

    Kalangan mereka yang tidak pernah membaca al-Qur'an, namun mengkaji tentang ciptaan/makhluk Allah Subhanahu wa Ta'ala, akan saling bertanya-tanya, "Apakah bentuk ruang angkasa yang meliputi kita ini?" Dan, sebagai jawaban dari pertanyaan ini, mesti dikatakan bahwasanya ruang angkasa tidak mempunyai bentuk tertentu, mengingat dia akan terus-menerus mengalami perluasan.

    Berkaitan dengan pembahasan ini, DR. Eddington berkata, "Bisa saja kita memberi perumpamaan pada bintang-bintang dan galaksi, dan seolah-olah mereka berdiri di atas permukaan balon karet yang ditiup secara terus menerus. Dan begitulah, bahwasanya benda-benda langit ini akan menjauh dari sebagian benda langit lainnya lebih banyak dan lebih banyak lagi, akibat adanya proses penggelembungan. Seperti suatu unsur yang terlepas dari gerakan-gerakan yang biasanya, dan dari ekses-ekses yang ditimbulkan oleh adanya daya gravitasi diantaranya."

    Dan, setelah perkataan Prof. Eddington ini, seseorang bernama Julian berkata, "Alam ini memiliki kecenderungan alamiah untuk bertambah luas/lebar, yang kira-kira bisa menandingi daya gravitasi yang terdapat dalam suatu materi (benda)…. Sesungguhnya separoh wilayah ruang angkasa pada saat ini, tidak kurang dari sepuluh kali lipat dari separoh wilayahnya yang asli, menurut hitungan-hitungan Professor (Eddington). Dan, jumlah luas yang sebenarnya akan bertambah secara terus-menerus, …. Sedangkan jumlah pertambahannya ini akan membesar pada waktu-waktu mendatang." [3]
     
  • Matahari yang berjalan di ruang angkasa. Sebelumnya terdapat dugaan kuat bahwasanya matahari berputar mengitari bumi, lalu belakangan terbukti oleh para ilmuan bahwasanya bumilah yang berputar mengitari matahari. Namun, para ilmuwan tersebut telah membuat kesalahan ketika mereka mengklaim bahwasanya matahari tersebut diam (tidak bergerak). Terakhir kali, nyatalah bagi mereka bahwasanya matahari berjalan dengan kecepatan yang luar biasa. Dan, ungkapan yang paling sesuai berkenaan dengan gerakannya ini, adalah "berlari". Maha Benar Allah Subhanahu wa Ta'ala, ketika mengatakan, "Dan matahari berjalan di tempat peredarannya.Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (QS. Yaasiin:38)
     
  • Di dalam madu terdapat kesembuhan bagi manusia. Belum sampai tiga puluh tahun lamanya, di Amerika beredar isu bahwasanya madu bisa menularkan kuman (bibit penyakit). Dan, bahkan belum terlihat manfaat-manfaat madu secara medis oleh para ilmuan, kecuali baru-baru ini saja. Dan , kini, madu terdapat di dalam lebih dari lima puluh obat, dan telah terbukti bagi para dokter bahwasanya madu bisa membunuh kuman. Maka, tidak ada satu pun kuman yang bisa hidup di dalamnya. Juga, telah terbukti bagi mereka bahwasanya madu merupakan obat yang bagus bagi umumnya jenis penyakit, seperti kekurangan darah (anemia), penyakit paru-paru, penyakit alat/saluran pernafasan, penyakit mata, penyakit kulit, dan masih banyak lagi yang lainnya. [4] Maha Benar Allah Subhanahu wa Ta'ala, ketika mengatakan,"Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia." (QS. An-Nahl: 69) 

Jumat, 03 Agustus 2012

Meraih Khusyu' Dalam Sholat




Secara Lughah (Etimologi), khusyu' berarti rendah diri atau mendekati rendah diri. Menurut pengertian ini, khusyu' itu terdapat pada suara, penglihatan, ketenangan dan kerendahdirian. Sedangkan pengertian khusyu' menurut syara' (terminologi) adalah rendah diri. Rendah diri ini kadang-kadang berada dalam hati dan kadang-kadang berasal dari anggota tubuh seperti diam.
Adapun dalil yang menguatkan bahwa khusyu' itu pekerjaan hati adalah hadis Ali ra, "Khusyu' itu berada dalam hati" (HR. al-Hakim), hadis: "Sekiranya sanubari hati orang ini khusyu, niscaya anggota tubuhnya menjadi khusyu", dan hadis do'a mohon perlindungan: "....dan aku mohon perlindungan kepada-Mu dari sanubari hati yang tidak khusyu."
Apakah khusyu' dalam salat itu wajib?
Dalam masalah ini, ulama berbeda pendapat. Menurut al-Ghozali khusyu' itu wajib. Beliau menguraikan argumentasinya secara panjang lebar -untuk menguatkan pendapatnya- dalam kitab 'Ihyaa' Ulumuddin'. Akan tetapi, menurut Jumhur Ulama', khusyu' itu tidak wajib. Bahkan, Imam an-Nawawi mengklaim adanya Ijma' yang tidak mewajibkan khusyu'.
Hadis-Hadis yang Menganjurkan Seseorang agar Berlaku Khusyu' dalam Salatnya
  1. Dari Abu Hurairah ra berkata, "Rasulullah saw melarang seseorang meletakkan tangannya pada lambungnya" (HR. al-Bukhari dan Muslim, sedangkan redaksi (lafal) hadis berasal dari Imam Muslim (wallafdzu li Muslimin).
    Maksud dari larangan hadis tersebut adalah hendaknya seseorang tidak meletakkan tangan, baik yang kiri maupun yang kanan, pada lambungnya ketika dia sedang melakukan salat, sebagaimana penjelasan yang disampaikan oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani terhadap hadis tersebut.
    Kemudian, apa hikmah dari larangan itu? Maka dalam hal ini Rasulullah saw menjelaskannya dalam hadis yang diriwayatkan Aisyah ra, "Bahwa hal itu adalah pekerjaan orang Yahudi dalam salat mereka" (HR. al-Bukhari). Sebab, umat Islam itu dilarang keras untuk menyerupai orang-orang Yahudi dalam semua gerak-gerik mereka.
  2. Dari Anas ra bahwa Rasulullah saw bersabda, "Apabila hidangan makan malam telah disiapkan, maka mulailah menyantap makanan itu sebelum anda salat Maghrib" (HR. Bukhari dan Muslim).
    Hadis tersebut menurut Jumhur Ulama' menunjukkan sunnahnya mendahulukan makan malam atas salat. Karena, hal itu akan bisa mengarahkan seseorang berkonsentrasi dalam salatnya. Bahkan, menurut ulama yang lain, agar sanubari hati itu tidak tergoda dengan makanan yang sudah tersediakan tersebut.
    Di samping itu, ada beberapa atsar sahabat yang menjelaskan tentang ta'lil (sebab-musabab) dilarangnya mendahulukan salat ketika makanan sudah dihidangkan. Di antaranya adalah atsar yang dikeluarkan oleh Ibnu Abu Syaibah dari Abu Hurairah dan Ibnu Abbas, "Bahwa keduanya pernah sedang makan, sementara didapur api (kompor)nya masih terdapat daging yang sedang dibakar, lalu sahabat yang melakukan adzan tersebut ingin melakukan iqamah untuk salat, tiba-tiba Ibnu Abbas berkata kepadanya: 'Jangan terburu-buru', kita tidak melakukan salat selama dalam hati kita masih ingat sesuatu (makanan)." Dalam riwayat yang lain disebutkan: "Supaya (makanan itu) tidak memalingkan perhatian kita dalam salat." Disebutkan pula dari Hasan bin Ali as bahwa dia berkata, "Makan malam sebelum salat itu bisa menghilangkan (meredam) jiwa yang suka mencela (an-Nafs al-Lawwaamah)." (HR. Ibnu Abu Syaibah)
    Jika waktu salat tinggal sedikit, apakah disunnahkan pula mendahulukan makan atas salat?
    Kesunnahan seperti itu dilakukan apabila waktu salat masing panjang. Namun, jika waktu salat tinggal sedikit, maka menurut Jumhur Ulama', dia mendahulukan salat atas makan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga waktu salat agar tidak lewat.
    Kandungan Hadis
    Dari hadis no. 2 di atas, bisa ditarik kesimpulan sebagai berikut:
    a. Hadirnya makanan seperti itu bisa menjadi uzur untuk meninggalkan salat jama'ah. Telah diriwayatkan dari Ibnu Umar, bahwa apabila hidangan makan malamnya telah disiapkan dan dia mendengar bacaan Imam dalam salat, maka dia tidak berdiri (untuk melakukan salat) sampai dia selesai makan.
    b. Hal-hal selain makanan bisa dianalogikan (diqiyaskan) dengan makanan selama mempunyai ilat (sebab) yang sama yaitu apabila dia mengakhirkan melakukan sesuatu itu, hatinya menjadi terganggu ketika salat. Maka, sebaiknya melakukan sesuatu itu sebelum salat.
    Dan di sini yang perlu diperhatikan betul adalah bahwa sesuatu itu telah diperbolehkan secara tegas bahkan dianjurkan oleh Syara' (Allah dan Rasul-Nya). Akan tetapi, apabila sesuatu itu tidak dianjurkan oleh Syara', maka mendahulukan salat lebih baik daripada melakukan atau melanjutkan sesuatu itu. Contohnya adalah menonton sinetron, berbincang-bincang dengan kawan atau kerabatnya. Karena itu, mendahulukan salat lebih baik daripada menonton sinetron atau mengobrol lebih dahulu dengan kawan atau kerabatnya, baik waktu salat tinggal sedikit atau masih panjang.
  3. Dari Aisyah ra berkata, "saya bertanya kepada Rasulullah saw tentang menoleh dalam salat?" Kemudian Rasul saw menjawab: "Menoleh itu adalah suatu keteledoran seseorang akibat ulah syetan dalam salat seorang hamba" (HR. al-Bukhari)
    Menurut riwayat at-Tirmidzi dan menshahihkannya: "Janganlah anda menoleh dalam salat, karena itu adalah kebinasaan (dalam agama). Apabila anda harus melakukannya, maka lakukanlah dalam salat sunnah"

    Seseorang yang sedang melakukan salat, dimakruhkan menoleh ke kanan dan ke kiri. Karena pada dasarnya, dia sedang menghadap Tuhannya. Sementara itu, syetan selalu mengintip dan mencari-cari kelengahan orang itu. Jika seseorang dalam salatnya menoleh ke kiri dan ke kanan, berarti dia telah masuk perangkap syetan.
    Menurut Jumhur Ulama', menoleh itu dimakruhkan, karena bisa mengurangi khusyu' salat. Namun, apabila menolehnya itu sampai memalingkan dadanya atau seluruh lehernya dari kiblat, maka hal itu bukan lagi makruh, melainkan bisa membatalkan salat. Hal ini berdasarkan pada hadis Abu Dzar, "Allah SWT selalu menghadap kepada seorang hamba dalam salatnya, selama dia tidak menoleh, apabila dia memalingkan wajahnya, maka Allah pun 'pergi' ." (HR. Abu Dawud dan an-Nasa'i)

Rabu, 01 Agustus 2012

Kebaikan dan Rahasia Berbuka Dengan Kurma



Kurma adalah buah yang berkah, Rasulullah SAW mewasiatkan kepada kita untuk memakannya ketika mulai berbuka dari puasa Ramadhan.

Dari Salman ibn 'Aamir, Sesungguhnya Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, "Jika salahs eorang diantara kalian akan berbuka puasa, maka berbukalah dengan kurma sebab kurma itu berkah, kalau tidak ada maka dengan air karena air itu bersih dan suci. (HT. Abu Daud dan Tirmidzi)

Dari Anas, sesungguhnya Nabi  berbuka puasa dengan beberapa ruthab (kurma mengkel segar yang baru dipetik dari pohonnya-pent) sebelum shalat, kalau tidak ada ruthab, maka denganbeberapa kurma matang, kalau tidak ada, maka dengan meneguk beberapa tegukan air putih. (HR. Abu Daud dan Tirmidzi) 

Tidak diragukan lagi bahwa dibalik sunnah nabi ini ada petunjuk medis dan manfaat yang banyak bagi kesehatan, dan hukum yang bagus. Rasulullah  telah memilih makanan ini dan tidak memilih yang lainnya karena adanya manfaat yang sangat besar, tidak hanya karena buah itu banyak dijumpai di lingkungannya semata. Maka, ketika seorang yang berpuasa mulai berbuka maka organ-organ tubuhnya akan bersiap; dan organ pencernaan mulai berakivitas kembali, khususnya lambung yang butuh untuk diberikan sesuatu yang lembut, dan memulai mengakifkan kerjanya kembali dengan halus. Dan orang yang sedang berpuasa, pada keadaan ini, sangat butuh akan makanan yang mengandung gula yang mudah dicerna, yang bisa menghilangkan rasa lapar, persis seperti ia butuh akan air.

Dan nutrisi makanan yang tercepat bisa dicerna dan sampai ke darah adalah zat gula, khususnya makanan yang mengandung satu atau dua zat gula (glukosa atau sukrosa). Sebab tubuh mampu menyerap dengan mudah dan cepat zat gula itu hanya dalam beberapa menit. Apalagi jika lambung dan perut sedang kosong, seperti orang yang berpuasa ini.

Andai anda mencari makanan yang bisa menyamai dua kandungan yang dituju ini secara bersama (menghilangkan lapar dan dahaga secara bersamaan dengan satu makanan), maka anda tidak akan pernah menemukan makanan itu lebih baik daripada apa yang disuguhkan oleh sunnah nabawiyah, dimana sunnah memotivasi orang yang berpuasa untuk membuka puasanya dengan zat gula manis sekaligus kaya akan air (ruthab) atau pun tamar (kurma matang).

Berdasarkan penelitian bio-kimia, ditemukan bahwa satu bagian kurma yang kita makan sama dengan 86 - 87 % beratnya; mengandung 20 - 24 % air; 70 - 75 % gula; 2 - 3 % protein; 8,5% serat; sangat kecil sekali kandungan lemah jenuh (lecithine).

Berdasarkan penelitian tersebut, juga ditemukan bahwa ruthab (kurma mengkel) mengandung 65 - 70 % air berdasarkan berat bersihnya; 24 - 58 % zat gula; 1,2 - 2 % protein; 2,5 % serat, dan sedikit sekali mengandung lemak jenuh (lecithine).

Berdasarkan penelitian kimiawi dan fisiologi yang dilakukan Dr. Ahmad Abdul Ra'ouf Hisyam dan Dr. Ali Ahmad Syahhat, diperoleh data sebagai berikut:
  • Mengkonsumsi ruthab (kurma mengkel, masih segar, matang dipohon) atau tamar (kurma matang kering seperti yang tersebar di Indonesia -pent) setiap kali mengawali buka akan menambah terhadap badan persentase yang besar akan kandungan zat gula, maka dengan ini akan hilang penyakit anemia (kurang darah), sehingga tubuh lebih menjadi bergairah;
     
  • Saat lambung kosong dari makanan, maka ia akan mudah mencerna dan menyerap makanan kecil yang mengandung gula ini secara cepat dan maksimal;
     
  • Sesungguhnya kandungan ruthab dan tamar akan zat gula dalam bentuk kimia sederhana menjadikan proses mencerna dan menyerap di lambung sangat mudah, sebab 2/3 (dua per tiga) zat gula ada dalam tamar dan dalam bentuk zat kimia sederhana. Hal ini pun bisa meningkatkan kadar gula dalam darah dalam waktu yang singkat;
     
  • Sesungguhnya adanya tamar yang mengandung air, dan ruthab yang mengandung air tinggi (65 - 70 %) akan menambahkan terhadap tubuh persentase yang tidak membahayakan, maka dengan itu seorang yang berpuasa tidak harus meminum air dalam jumlah banyak ketika berbuka.