Selamat Datang Di Kampus Ceria.. MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KAYUTREJO " Mandiri Santun Cerdas " (Mimka MSc) Status Terakreditasi ~ Terimalah Salam Kami Asalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarokaatuh, Mimka Selalu ada yang baru. "Silaturrohmi Alumni, Menjalin Ukhuwah Dunia Akhirat; Mempersiapkan Siswa - Siswi Madrasah yang Mandiri, Santun dan Cerdas

Senin, 22 Juni 2015

Sejarah Diperintahkannya Puasa Ramadhan

Dalam catatan sejarah (kitab Fiqhus Sunnah : Syaikh Sayyid Sabiq juz I), perintah mengerjakan ibadah puasa sebagaimana tertera dalam QS. Al-Baqarah : 183 di atas, turun secara jelas pada tahun 2 Hijrah atau bertepatan dengan tahun 623 M. dengan demikian perintah puasa bagi umat islam telah dilaksanakan 1434 tahun yang lalu atau 1386 tahun jika dihitung dengan perhitungan masehi yakni sejak 623 M hingga 2015 M.
Selain itu QS. Al-Baqarah 183 di atas memberikan gambaran bahwa ibadah puasa merupakan ibadah yang bersifat universal artinya ibadah puasa pernah juga diwajibkan atas umat terdahulu (agama samawi lainnya), dengan syariat atau tata cara pelaksanaan yang berbeda-beda. Atas dasar itu, Prof Dr. Mahmud Syaltut dalam kitabnya “Islam : Aqidah wa syariah” (juz I) mengatakan bahwa puasa merupakan ibadah yang paling tua usianya karena pernah diwajibkan Allah SWT atas bangsa-bangsa terdahulu. Perintah puasa itu ada didalam perjanjian lama, perjanjian baru dan didalam semua kitab suci lain. Satu contoh puasa Nabi Daud AS dilaksanakan secara selang seling setiap 2 hari sekali. Bahkan kaum penyembah berhalapun menjalankan puasa
Puasa dalam kitab-kitab suci itu sangat sulit. Puasa yang paling mudah di berikan kepada umat Nabi Muhammad SAW Bahkan menurut riwayat yang ada, pada awalnya puasa ini sangat sulit. Selama periode awal, para sahabat Rasulullah SAW hanya diperbolehkan membatalkan puasanya antara maghrib dan isya. Setelah Isya mereka diperintahkan untuk berpuasa kembali sehingga mereka berpuasa selama 22 jam. Kemudian Allah membuatnya lebih ringan.
Muncul pertanyaan, bagaimana sikap kita terhadap syariat puasa ummat terdahulu.? Dalam hal ini, menurut Prof. DR. Abu Su’ud, Agama Islam masih mentolerir perilaku puasa yang sudah dilakukan ummat terdahulu (sebelum Islam Nabi Muhammad SAW datang), dengan catatan tidak diniatkan sebagai ibadah. Namun demikian, ada juga sebagian ulama berpendapat bahwa segala bentuk puasa non Islam harus tidak dilakukan, kecuali untuk kepentingan kesehatan, karena ada kemaslahatan didalamnya. Hal yang lebih penting bagi penulis adalah bagaimana puasa dapat dihayati tidak hanya sebagai media pendekatan diri kepada Allah SWT (hablum min Allah) semata, namun pada saat yang sama puasa perlu dijiwai maknanya sebagai sarana memperkuat jalinan hubungan kemanusiaan (hablum minannas).
Hakikat dan Tujuan Puasa:
Dikisahkan oleh Imam Al– Ghazali, pada zaman Nabi SAW, ada dua orang perempuan yang sangat kepayahandalam melakukan puasa. Mereka begitu lapar dan dahaga, hampir-hampir pingsan. Mereka minta izin untuk berbuka. Nabi SAW menyuruh mereka muntah. Segera orang-orang melihat kedua wanita itu memuntahkan darah dan daging busuk. Ketika orang-orang menyaksikan peristiwa tersebut merasa heran, lantas Nabi SAW bersabda seketika: ” Mereka berpuasa dari apa yang di haramkan oleh Allah SWT (yakni makan dan minum), tetapi mereka membatalkanpuasanya dengan yang diharamkan oleh Allah SWT. Mereka duduk-duduk sambil menggunjingkan kejelekan orang lain. Itulah daging busuk yang mereka makan.”
Dilain kisah, pada suatu hari Rasulullah mendengar seorang perempuan sedang memaki-maki jariyah (budak) kepunyaannya, padahal perempuan itu sedang berpuasa. Rasulullah mengambil makanan dan berkata padanya” Makanlah!”. Perempuan itu berkata ; ”Saya sedang berpuasa ya Rasulullah “.Mendengar itu, Rasulullah menjawab: ”Bagaimana mungkin engkau berpuasa, padahal engkau telah memaki-maki jariyah (budak)mu. Puasa bukan hanya menahan makan dan minum saja. Allah SWT telah menjadikan puasa sebagai penghalang (selain makan dan minum), juga dari hal-hal tercela, yaitu perkataan dan perbuatan yang merusak puasa. Alangkah sedikitnya yang puasa, alangkah banyaknya yang lapar (Ma qallasa-shawwam,wa ma aktsaral-jawwa’)”. Ucapan Rasulullah yang terakhir ini menyimpulkan perbedaan “puasa” dengan “ melaparkan diri”.
Dalam definisi Ahli Fiqh (fuqaha), puasa (shawm) adalah menahan diri dari segala perkara yang merusaknya (baik makan, minum, atau dorongan nafsu)dengan tujuan sebagai salah satu sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT(al-imsak anil –mufthirat al-ma’hudat. Dalam definisi tentang shaum (puasa) tersebut, ada kata “al-imsak”. dalam bahasa arab, kata dasar “amsaka/al-imsak“, artinya menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu (self-restraint). Sedangkan “imsak bi” artinya berpegang teguh kepada sesuatu yang dijadikan gantungan atau pegangan. Zainal Abidin (cucu Nabi SAW) berkata :”wa la umsiku illa billahi”(Aku tidak perpegang teguh kecuali pada tali Allah SWT)”
Hakikat puasa sesungguhnya terletak pada “Imsak ‘an” (menahan diri) dan “imsak ‘bi”(berpegang teguh kepada Allah dan rasul_Nya). Kita dapat saja ber-imsak ‘an tapi tidak ber-imsak bi . Kita menahan diri dari makan dan minum, tapi bukan karena berpegang teguh kepada ajaran Tuhan. Bisa saja kita hanya ingin melangsingkan tubuh, mempercantik diri. hal tersebut berarti kita tidak berpuasa. Kita sedang diet. Boleh jadi kita ber-imsak ‘bi, kelihatannya seperti berpegang teguh kepada Al-Quran dan Al-Sunnah, tetapi kita tidak ber- imsak ‘an, Idealnya, orang yang ber –imsak ‘bi, dengan sendiriya berimsak ‘an meski kenyataannya tidak. Ada sementara kita mengaku “ Ahlul Qur’an“ atau berpegang teguh dengan ajaran Al – Qur’an, namun pada saat bersamaan kita tidak mampu menahan diri dari menyalahkan pendapat atau paham lain. Kita sulit memahami pendapat orang lain.
Hal tersebut sama kasusnya dengan menahan lapar dan dahaga dari terbit Fajar sampai tenggelam matahari. Kita kelihatannya berpegang teguh dengan ketentuan puasa. Namun, kita sulit menahan diri dari memfitnah, mengumpat dan memaki – maki. Kata Rasullah SAW anda bukan “Al- Sawam” ( orang yang berpuasa ); anda hanyalah Al – Jawwa ( orang lapar ). Lebih parah lagi ada saja orang yang tidak ber-imsak’an, apalagi ber-imsak’bi.
Inilah manusia yang hanya mempertuhankan hawa nafsunya, ia tidak mempunyai nilai – nilai yang menjadi “ way of life “ dalam hidupnya. Ia mengalami kekosongan hidup yang menurut ahli jiwa ia mengalami existensial vacuum. Hidupnya sama sekali tidak bermakna bagaikan layang – layang putus talinya. Orang semacam ini dalam optik Al – Quran ( surat QS Al – Tiin : 5 ) memiliki derajat lebih rendah dari binatang ternak sekalipun ( Asfala safiliin ).
Pada akhirnya dan yang menjadi harapan kita bersama, ada juga umat islam yang berusaha menjalankan segalanya secara maksimal dalam berpuasa yaitu ber – imsak’an ( menahan diri) dan sekaligus ber – imsak ‘ bi ( berpegang teguh kepada perintah Allah dan Rasul- Nya), merekalah orang – orang yang benar – benar berpuasa “ Al – Sawwam “. Mereka adalah orang – orang yang mendapatkan predikat “Taqwa “, sebuah predikat bergensi di hadapan Allah SWT yang diantaranya diperoleh karena menjalankan ibadah puasa dalam arti yang sebenarnya. Pribadi takwa ( muttaqin ) yang menjadi tujuan puasa.
Menurut Maulana Muhammad Ali dalam tafsirnya “ The Holy Qur’an “ adalah pribadi yang memenuhi kewajiban dan menjaga diri dari kejahatan. Dengan predikat itu juga, memungkinkan manusia dapat mewujudkan perilaku yang luhur, baik dalam kehidupan pribadi maupun sosial.
Karena puasa mengandung banyak rahasia dan jutaan hikmah, sudah sepantasnyalah kalau kita menyambut kedatangan bulan suci ramadhan 1436 H dengan penuh rasa gembira. Dengan kegembiraan itu, akan membuat kita dapat menjalankan ibadah puasa dengan khusu’, tawadhu, dan ikhlas selama sebulan penuh. Bukan dianggap sebagai beban berat sehingga mencari – cari alasan agar tidak berpuasa

Sabtu, 06 Juni 2015

100 Tokoh Islam Yang Mengubah Jalan Sejarah



Sejenak bersama buku "100 Tokoh Islam Yang Mengubah Jalan Sejarah"

Sore itu seorang penjaga maktabah (toko buku) menyapa saya, "Mampir dulu akhi". Ada yang baru..? Tanya saya. "Ada" jawabnya. "Buku ini lagi digandrungi akh.." Katanya sambil memperlihatkan buku baru tersebut.

Buku itu adalah "100 Tokoh Islam Yang Mengubah Jalannya Sejarah" karya Jihad At-Turbany. Buku yang penjualannya menempati peringkat tertinggi di timur tengah. Saya putuskan untuk menyelami halaman stu demi satu halaman buku tersebut. Ternyata isinya luar biasa.

Sebenarnya buku ini merupakan respon penulis terhadap buku "100 Tokoh Yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah Mansia" karya astrofisikawan yahudi Michael H. Hart .

Sejak diterbitkan, karya Michael Hart mendapat sambutan yang luar biasa, tidak hanya di barat, dunia timur (islam) juga menyambut gembira buku tersebut. Mungkin diantara alasannya adalah, karena M. Hart meletakkan nabi Muhammad sebagai orang pertama yang paling berpengaruh pada sejarah kemanusiaan.

Dalam pendahuluannya Jihad At-Turbany mengatakan, "Sebagai bentuk sikap adil terhadap sejarah, saya menilai bahwa karya ilmuan Yahudi ini berisi banyak informasi berharga yang menunjukkan kapasitas penulis sebagai orang yang memiliki wawasan luas terhadap sejarah. Akan tetapi hal yang terlihat aneh adalah reaksi kaum muslimin terhadap buku ini. Mereka bangga karena Hart meletakkan nabi mereka Muhammad pada urutan pertama dalam daftar 100 orang berpengaruh tersebut. Seolah kita baru mengetahui (keagungan nabi) setelah sebelumnya tidak tau (perihal keagungan nabi). Seolah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam harus menunggu kesaksian dan penghormatan sejarawan Amerika itu. Padahal sebelumnya Allah -Tuhan Manusia- telah mempersaksikan keagungan dan ketinggian insaninya" .

Jihad melanjutkan, "Setelah cukup lama mengamati dan mempelajarinya, saya menyimpulkan bahwa kegembiraan kaum muslimin dalam menyambut buku ini (karya Hart) lahir karena problem kaum muslimin yang minim pengetahuan sejarah islam secara khusus dan sejarah kemanusiaan secara umum. Seandainya salah seorang diantara mereka yang tururut gembira dengan karya Prof teresebut membaca buku yang mereka sambut dengan penuh suka cita itu, niscaya mereka akan mendapati bahwa sang Profesor menyertakan nama-nama penjahat semisal Jengis Khan dan Hitler dalam 100 tokoh yang diawali dengan nama nabi kita Muhammad. Bahkan Hart dengan terang-terangan menyebut Budha -yang berada pada posisi ke empat- berhak untuk duduk diatas singgasana teratas dari para tokoh seandainya dia memiliki pengikut yang jumlahnya lebih banyak dari Muhammad".

Apa yang di sebutkan penulis merupakan realita sebagian besar kaum muslimin saat ini. Banyak diantara mereka yang buta terhadap sejarah dan peradaban islam.

Pembaca mungkin masih ingat saat masih anak-anak dulu kita seolah dipaksa untuk mengidolakan tokoh-tokoh fiktif yang gagah beranai seperti Spider Man Super Man dll. Tokoh fiktif barat itu selalu diangkat dan diidentikkan dengan kepahlawanan dll. Sementara dari dunia timur -islam- juga diangkat tokoh-tokoh fiktif seperti Aladin , Sinbad dan Ali Baba dll yang identik dengan takhayul dan khurafat. Padahal tokoh-tokoh seperti Aladin dan yang lainnya tidak punya kaitan sama sekali dengan bangsa Arab, apalagi dengan Islam. Akan tetapi realita yang ada, anak-anak kaum muslimin tidur dengan kisah-kisah murahan itu. Sementara di ruang sejarah kita banyak dipenuhi tokoh-tokoh nyata yang sangat layak untuk dijadikan teladan.

Sudah saatnya anak-anak kaum muslimin bangga dengan tokoh-tokoh Islam. Membaca sejarah hidup mereka, lalu berusaha meneladani semangat perjuangan mereka dalam berkhidmat untuk islam dan kemanusiaan. Disadari atau tidak, dunia saat ini dibanjiri idola namun kering keteladanan.

Semoga buku ini dapat melepas dahaga kaum muslimin terhadap sejarahnya sendiri. Agar mereka tau siapa Abu Bakar, Umar, Sulaiman Al Qanuni, Sultan Al Fatih, Ibnu Fernas dan lain-lain.

"Islam PERNAH memimpin peradaban saat Eropa hidup dalam kegelapan"

Mungkin sudah saatnya bagi kita untuk menghapus kata "PERNAH" dari kalimat diatas

Wallahu a'lam

Madinah 18 Rajab 1436 H
Aan Chandra Talib El-Gharantaly
Sumber : http://www.pkspiyungan.org/2015/05/100-tokoh-islam-yang-mengubah-jalan.html

Ternyata Zombie adalah Pahlawan Islam: http://www.tarbiyah.net/2015/06/ternyata-zombie-adalah-pahlawan-islam.html

Kamis, 04 Juni 2015

Ciri-Ciri Ketika Kita Sedang Dehidrasi

Air adalah sebagian besar pengisi tubuh kita , semua orang butuh air untuk minum. Namun masih saja banyak orang yang tidak suka minum air putih atau bahkan lupa untuk minum. Padahal dehidrasi bisa mengganggu metabolisme dan fungsi kerja organ tubuh lho.

Jika Anda tidak ingin dehidrasi namun bingung bagaimana mengetahui tubuh Anda sedang butuh air atau tidak, Anda cukup memerhatikan ciri-ciri atau tanda berikut ini.:

1. Mengalami sakit kepala
Dehidrasi bisa menimbulkan sakit kepala atau pusing karena otak pun juga perlu air. Semakin sedikit Anda minum semakin pusing kepala Anda. Darah jadi lebih pekat dan kental dan garam di dalamnya juga menumpuk. Hal ini menimbulkan tekanan pada syaraf kepala sehingga menimbulkan pusing.
2. Air seni Anda kuning
Jika Anda ke toilet dan mengetahui air seni Anda berwarna kuning pekat dan sedikit, Anda pasti dehidrasi atau kurang minum. Ketika tubuh cukup air, maka zat sisa di dalam tubuh bisa disaring dengan baik dan tidak akan berwarna kuning pekat.
3. Mengalami konstipasi

Air membantu melancarkan pencernaan. Air membantu usus menyerap nutrisi dan membantu menggerakkan makanan hingga usus besar hingga membantunya keluar dengan "normal". Jadi, jangan heran jika Anda sulit buang air besar karena kurang minum air putih, karena kotoran jadi keras dan susah dikeluarkan.