Salah satu karunia Allah SWT yang sering diabaikan atau
dilalaikan manusia adalah nikmat kesehatan. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah
hadis Rasulullah SAW, “Ada dua nikmat yang sering kali dilalaikan oleh manusia,
yaitu nikmat sehat dan kesempatan.”
Padahal, kesehatan merupakan mahkota yang tidak dapat
dirasakan kecuali bagi mereka yang sakit. Dr Husain Haikal dalam kitabnya,
Hayatu Muhammad, menjelaskan, Nabi Muhammad SAW selama hidupnya hanya dua kali
mengalami sakit.
Pertama, ketika beliau kembali dari ziarah makam pahlawan di
Baqi’. Kedua, ketika beliau mengalami susah tidur dan demam panas beberapa hari
sebelum wafatnya.
Lalu timbul pertanyaan, mengapa Nabi Muhammad SAW selalu
sehat? Pertama, beliau senantiasa bangun subuh. Waktu “subuh” tentu tidak sama
dengan waktu “pagi”.
Pagi adalah waktu setelah matahari terbit, kira-kira jam
07.00. Adapun waktu subuh ialah setelah fajar menyingsing dan sebelum matahari
terbit. Ini sebagaimana disebutkan Alquran surah Takwir ayat 18. Artinya: “Demi
waktu subuh di kala fajar merekah.”
Sumpah Allah dengan waktu itu adalah untuk menarik perhatian
manusia, khususnya manusia yang beriman kepada-Nya akan pentingnya waktu itu
bagi kesehatan fisik dan mental. Udara subuh memang sangat segar dan banyak
mengandung zat asam yang sangat diperlukan buat pernapasan manusia.
Tidak heran orang-orang yang suka bangun subuh dan selalu
menghirup udara subuh sukar dihinggapi penyakit paru-paru. Pernapasannya
teratur dan paru-parunya menjadi kuat. Bangun subuh tidak saja besar artinya
bagi kesehatan jasmani, tetapi juga bagi kesehatan rohani kita.
Faktor kedua, beliau selalu menjaga kebersihan. Sejak kecil,
Rasulullah SAW menyukai kebersihan meskipun negerinya kekurangan air. Ketika
diangkat menjadi rasul, makin besar perhatiannya pada kebersihan. Beliau
bersabda: “Kebersihan itu adalah sebagian daripada iman.” Maka, siapa yang
tidak suka menjaga kebersihan, ternodalah sebagian imannya.
Faktor ketiga yang menyebabkan Rasulullah SAW senantiasa
sehat adalah, beliau selalu makan secukupnya. Rasulullah SAW bersabda: “Kami
adalah kaum yang tak pernah makan sebelum lapar, dan bila kami makan tidak
pernah sampai kenyang.”
Makan memang merupakan salah satu syarat untuk hidup, bila
kita tidak makan pada waktunya, maka zat-zat pembakar dalam tubuh kekurangan
bahan bakar yang mengakibatkan pembakaran tidak terjadi. Bila pembakaran tidak
terjadi, panas badan berkurang dan darah tidak bisa teratur lagi.
Maka, makan diperlukan untuk hidup, tetapi manusia hidup
bukan untuk makan. Manusia yang hidup hanya untuk makan merosot nilainya
menjadi hewan. Sungguh tepat apa yang dikatakan oleh salah seorang sahabat
Rasulullah SAW sekaligus menantu beliau, yakni ‘Ali bin Abi Thalib: “Orang yang
hidup hanya untuk mengisi perutnya, nilainya sama dengan apa yang keluar dari
perutnya.”
Faktor terakhir karena beliau banyak berjalan kaki. Dalam
berdakwah dari satu tempat ke tempat lain, Rasulullah senantiasa berjalan kaki
mengingat keadaan saat itu belum ada kendaraan seperti sekarang ini. Para ahli
kesehatan menyatakan bahwa berjalan kaki adalah suatu cara gerak badan yang
sangat penting dan menyehatkan.
Dengan sering berjalan kaki, pernapasan lebih teratur,
urat-urat akan selalu tergerakkan, paru-paru akan menjadi kuat, dan darah
menjadi bersih.