Selamat Datang Di Kampus Ceria.. MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KAYUTREJO " Mandiri Santun Cerdas " (Mimka MSc) Status Terakreditasi ~ Terimalah Salam Kami Asalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarokaatuh, Mimka Selalu ada yang baru. "Silaturrohmi Alumni, Menjalin Ukhuwah Dunia Akhirat; Mempersiapkan Siswa - Siswi Madrasah yang Mandiri, Santun dan Cerdas

Sabtu, 21 Desember 2024

Program Literasi Digital #MimkaPojok

 

Program Literasi Digital untuk Kelas 2 Al-Khowarismi di MI Muhammadiyah Kayutrejo*

Pojok, 12 Desember 2024 – MI Muhammadiyah Kayutrejo terus berinovasi dalam meningkatkan kemampuan literasi digital siswa melalui program khusus yang diterapkan di Kelas 2 Al-Khowarismi. Program ini bertujuan untuk memperkenalkan dan memajukan literasi digital di kalangan siswa sejak usia dini.


Program Literasi Digital ini diadakan setiap Pekan dengan berbagai kegiatan yang menarik dan edukatif. Siswa dikenalkan dengan perangkat teknologi seperti tablet dan komputer, serta diajarkan cara mengakses informasi melalui internet dengan aman dan bertanggung jawab. Selain itu, siswa juga diajak untuk memahami pentingnya etika dalam menggunakan media sosial dan teknologi digital lainnya.


Guru Kelas 2 Al-Khowarismi, Pak  Fajar Hudi Aprianto, menyampaikan bahwa program ini sangat penting dalam menghadapi era digitalisasi. "Dengan program literasi digital, kami berharap siswa dapat mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk sukses di masa depan, termasuk keterampilan berpikir kritis dan kemampuan mencari informasi secara efektif," kata Pak Fajar.


Selama kegiatan, siswa terlihat antusias dan bersemangat dalam belajar. Mereka tidak hanya membaca buku elektronik di Pojok Baca Digital, tetapi juga mengikuti berbagai proyek mengetik memakai Microsoft word.


"Saya senang bisa belajar menggunakan tablet dan bermain game edukasi tentang pelajaran di sekolah. Ini sangat menyenangkan dan menambah pengetahuan saya," ungkap Fasina,  siswa kelas 2.


Program ini juga melibatkan partisipasi orang tua yang memberikan dukungan penuh dalam penggunaan teknologi di rumah. MI Muhammadiyah Kayutrejo berharap program Literasi Digital ini dapat menjadi contoh bagi sekolah lain dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam proses belajar mengajar.


#Liputan Kusus

*- Laporan oleh Tim Jurnalis Cilik Mimka Pojok .net









Pekan Kreatif dan Literasi

 



Program Pekan Kreatif dan Literasi Pojok Baca Tingkatkan Kegiatan Literasi di Kelas 2 MI Muhammadiyah Kayutrejo

Pojok, 11 Desember 2024 – MI Muhammadiyah Kayutrejo menggelar kegiatan literasi yang inovatif melalui program  "Pojok Baca" di kelas 2. Program ini bertujuan untuk meningkatkan minat baca dan pemahaman literasi para siswa sejak dini.

"Anak-anak sangat antusias dengan Pojok Baca. Mereka bisa memilih buku yang mereka suka dan membaca bersama teman-teman. Ini membantu mereka meningkatkan kemampuan membaca sekaligus memperluas wawasan," .

Selain membaca, program ini juga melibatkan berbagai aktivitas, seperti diskusi buku, pembuatan ringkasan cerita. Dengan pendekatan yang interaktif, diharapkan siswa dapat lebih memahami dan menikmati kegiatan literasi.

"Saya sangat senang bisa membaca banyak buku baru di Pojok Baca. Ceritanya seru dan menyenangkan," ujar  beberapa siswa kelas 2.

MI Muhammadiyah Kayutrejo berharap program Pojok Baca ini dapat terus berlanjut dan menjadi inspirasi bagi semua pihak untuk mengembangkan kegiatan literasi di kalangan siswa. 


- Laporan dari  Tim Jurnalis MI Muhammadiyah Kayutrejo










Selasa, 19 November 2024

Milad ke-112 Muhammadiyah, Sejarah dan Pesan Haedar Nashir untuk Seluruh Kader


 

Sejarah Singkat Muhammadiyah

Muhammadiyah berdiri pada 8 Dzulhijjah 1330 H atau bertepatan pada tanggal 18 November 1912 di Kauman, kota Yogyakarta. Pendirian Muhammadiyah diawali oleh keberadaan Sekolah Rakyat bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang didirikan KH. Ahmad Dahlan pada awal tahun 1912. Madrasah ini mengadakan proses belajar-mengajar pertama kali di dengan memanfaatkan ruangan berupa kamar tamu di rumah KH. Ahmad Dahlan yang memiliki panjang 6 meter dan lebar 2.5 meter, berisi tiga meja dan tiga kursi panjang serta satu papan tulis. Pada saat itu ada sembilan santri yang menjadi murid di Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah.

 

Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan tanpa bantuan dan sumbangan dana orang lain. KH. Ahmad Dahlan mengandalkan harta bendanya untuk mewujudkan lembaga pendidikan Islam modern yang dibayangkannya.

 

Seiring waktu, kala berdiskusi dengan para santri dan muridnya dari Kweek School Jetis, KH. Ahmad Dahlan mendapat dorongan tambahan agar membentuk organisasi yang diharapkan akan menjaga keberlanjutan Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah. Organisasi itu bernama Muhammadiyah, dengan harapan agar para anggotanya dapat meneladani Nabi Muhammad Saw.

 

Meskipun gagasan dan usulan untuk mendirikan Muhammadiyah banyak didorong oleh beberapa orang santri dan muridnya, atas dasar aturan yang berlaku, hanya nama-nama yang telah cukup usia yang dapat dimasukkan sebagai pendiri. Dalam Statuten atau Anggaran Dasar Muhammadiyah yang diajukan kepada Pemerintah Hindia-Belanda disebutkan bahwa tanggal berdiri organisasi ini adalah 18 November 1912.

 

Setelah melewati proses pengajuan yang sulit dan memakan waktu lama, dengan terbitnya Besluit pada 22 Agustus 1914 No.81, akhirnya Muhammadiyah sebagai Badan Hukum diakui oleh Pemerintah Hindia-Belanda.

 

Pada masa awal pendirian, aturan yang ditetapkan oleh Pemerintah Hindia-Belanda membatasi ruang dan gerak Muhammadiyah. Namun, dalam Kongres Boedi Oetomo yang diselenggarakan di rumah KH. Ahmad Dahlan pada tahun 1917, pendiri Muhammadiyah ini menyatakan bahwa organisasi ini perlu berdiri tidak saja di Yogyakarta, tapi juga di seluruh Jawa, dan bahkan di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan di berbagai tempat di nusantara.

 

Setelah mendapat persetujuan dari Pemerintah Hindia-Belanda, KH. Ahmad Dahlan menjadi leluasa dalam memperluas misi dakwahnya. KH. Ahmad Dahlan pergi berceramah di berbagai tempat dan mengajak kaum muslimin untuk mengamalkan Islam yang membebaskan umatnya dari kejumudan, kebodohan, dan berorientasi pada amal saleh.

Pesan Haedar Nashir untuk Seluruh Kader

KH Ahmad Dahlan memimpin Muhammadiyah sejak tahun 1912 dan berakhir ketika wafat pada 1923. Dari awal hingga setengah abad berikutnya, kepemimpinan di Muhammadiyah dilanjutkan oleh Kyai Haji Ibrahim pada tahun 1923 hingga 1931. Kemudian Kyai Haji Hisyam pada 1931 hingga 1936, Kyai Haji Mas Mansyur pada 1936 hingga 1942, dan Ki Bagus Hadikusuma pada tahun 1942 hingga 1953.

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Haedar Nashir menyampaikan, milad ke-112 merupakan sebuah momentum untuk refleksi. Hal itu dilakukan dalam rangka evaluasi (muhasabah) dan sekaligus proyeksi (maudhu'ah) atas seluruh program serta gerakan yang dilakukan Persyarikatan sejauh ini.

Gerakan Islam ini, menurut Haedar Nashir, tidak kenal lelah dalam upaya memakmurkan kehidupan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan universal. Melalui lini pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, dan seluruh praksis usahanya selama ini, Muhammadiyah membuktikan orientasi pada ikhtiar memakmurkan bangsa dan negara Indonesia.

Demikian halnya dengan seluruh usaha yang dilakukan 'Aisyiyah maupun seluruh komponen di lingkungan Persyarikatan. Semuanya bergerak untuk mewujudkan kemakmuran kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta yang berorientasi rahmatan lil ‘alamin.

"Kemakmuran dalam dimensi kesejahteraan dan kemajuan yang bersifat utuh dan menyeluruh, yakni lahir dan batin, material dan spiritual, serta duniawi dan ukhrawi," ujar Haedar Nashir dalam pidato milad ke-112 Muhammadiyah, Senin (18/11/2024).

Agar kesinambungan dapat terus terjaga, peran pemimpin menjadi esensial di lingkungan Persyarikatan. Haedar mengingatkan, kepemimpinan yang ideal harus selalu hadir di seluruh tubuh Muhammadiyah, mulai dari level pusat, daerah, cabang dan ranting hingga kader per kader.

Ini pun sudah digariskan KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah. Menurut sosok yang berjulukan Sang Pencerah itu, pemimpin Muhammadiyah dituntut menjadi pemimpin kemajuan Islam.

Sabtu, 02 Maret 2024

Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadhan 1445 Tanggal 11 Maret 2024

 


Muhammadiyah Tetapkan 1 Ramadhan 1445 Tanggal 11 Maret 2024

Maklumat Nomor 1/MLM/I.0/E/2024, PP Muhammadiyah menetapkan awal puasa Ramadan 1445 H/2024 M jatuh pada Senin, 11 Maret 2024. Penetapan 1 Ramadhan oleh Muhammadiyah menggunakan motode hisab.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyatakan bahwa pada Ahad 10 Maret 2024, bulan sudah berada di atas ufuk (hilal sudah wujud) di wilayah Indonesia, kecuali di Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua Barat Daya.

"Berdasarkan hasil hisab tersebut maka Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada hari Senin Pahing, 11 Maret 2024 M," tulis keterangan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada maklumat yang dirilis pada tanggal 29 Desember 2023 lalu.

Muhammadiyah juga menetapkan 1 Ramadan 1445 H pada 11 Maret, Idulfitri 1 Syawal pada 10 April, dan Puasa Arafah 9 Zulhijah pada 16 Juni, serta Iduladha 10 Zulhijah 1445 H pada 17 Juni 2024.

Kepastian informasi waktu-waktu penting umat Islam ini disampaikan oleh Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Muhammad Sayuti pada (20/1) melalui Konferensi Pers di Kantor PP Muhammadiyah, Jl. Cik Ditiro, No. 23, Kota Yogyakarta.

Turut hadir dalam acara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Sekretaris PP Muhammadiyah Muhammad Sayuti, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Hamim Ilyas.

Muhammad Sayuti menjelaskan, keputusan penetapan tersebut dilakukan dengan menggunakan metode Hisab Wujudul Hilal Hakiki. Dia berharap Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang Hasil Hisab Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1445 Hijriyah.

Maklumat Nomor 1/MLM/I.0/E/2024 ini ditandatangani oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti pada 12 Januari 2024.