"Dan Allah telah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah
mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu
itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah
(bagimu) dari Alquran." (Al-Muzzammil: 20).
Waktu adalah emas! Pernyataan ini benar bila diukur dengan
nilai-nilai materialisme dan benar pula menurut orang-orang yang mengukur segala
sesuatu dengan kenikmatan dunia. Akan tetapi, orang-orang yang memandang jauh ke
depan akan mengatakan, "Waktu adalah kehidupan."
Kaum muslimin yang mulia bukankah hidup kita di dunia ini
merupakan waktu yang terbentang antara kelahiran sampai kematian? Terkadang emas
hilang dan habis, namun kita dapat mendapatkannya lagi, bahkan mampu mendapatkan
berlipat ganda dari yang telah hilang. Akan tetapi, waktu yang telah hilang dan
masa yang telah berlalu tidak mungkin dapat dikembalikan lagi. Dengan demikian,
waktu lebih berharga daripada emas, bahkan lebih berharga dari permata apa pun
dan kekayaan berapa pun, sebab waktu adalah kehidupan itu sendiri.
Keberhasilan seseorang tidak hanya bertumpu pada rencana yang
matang dan prasarana yang mendukung, namun juga sangat tergantung pada
kesempatan dan peluang yang ada. Manusia selalu takut dengan masa depan dan
sedih dengan masa yang sudah berlalu, padahal yang mendapat taufik adalah
orang-orang yang melakukan amal tepat pada waktunya.
"Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang."
(Al-Muzzammil: 20).
Oleh karenanya, manusia yang paling rugi dan yang terancam
mendapatkan kegagalan adalah orang-orang yang lalai dan terlena.
"Dan sesungguhnya kami jadikan (untuk isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Al-A?raf: 179).
"Dan sesungguhnya kami jadikan (untuk isi neraka jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu bagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (Al-A?raf: 179).
Di antara doa yang sering diucapkan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq
ra Adalah, "Ya Allah, jangan biarkan kami dalam kesengsaraan, jangan siksa kami
secara tiba-tiba, dan jangan jadikan kami temasuk orang-orang yang lupa."
Umar bin Khathab ra selalu berdoa kepada Allah agar diberi
barokah dalam waktu-waktu yang dilalui dan diberi kebaikan dalam saat-saat yang
dilewati. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa pada hari kiamat nanti kaki
hamba tidak akan bergeser dari tempatnya sebelum ditanya oleh Allah tentang
umurnya: dalam hal apa ia habiskan; tentang hartanya: darimana ia peroleh dan
dalam hal apa ia belanjakan.
Di antara gambaran mengagumkan tentang nilai waktu yang
dilukiskan oleh Rasulullah saw adalah sabdanya, "Tiada suatu hari pun yang
fajar terbit padanya, kecuali berseru, 'Wahai manusia, saya adalah makhluk baru
yang menjadi saksi atas amalmu. Karena itu berbekallah dariku, sebab aku tidak
akan kembali lagi padamu sampai hari kiamat'."
Dengan demikian, tiada sesuatu di dunia ini yang lebih berharga
dari waktu. Setiap waktu mempunyai barokah dan manfaat berbeda-beda: ada satu
waktu yang lebih bernilai di sisi Allah daripada hari-hari lainnya, dan satu
bulan yang lebih mulia di sisi Allah dibanding dengan bulan-bulan lainnya.
Kesungguhanlah yang membedakan mata satu dengan yang lainnya dan menjadikan
suatu hari lebih berarti dari lainnya.
Waktu utama itu diberikan oleh Allah kepada kita kaum mukmin
agar dapat kita gunakan untuk mengusir kabut kelalaian, kembali pada ingatan dan
kesadaran, serta meraup keutamaan saat angin keredhaan Allah bertiup. Sebab,
terkadang satu kebaikan dilipatgandakan bila dilakukan pada saat-saat yang
diberkahi, sehingga Allah mengangkat derajat hamba-hamba-Nya yang saleh,
sebagaimana Ia juga membuka pintu taubat seluas-luasnya agar orang-orang yang
dikehendaki.
Ayat-ayat Alquran banyak memberikan isyarat pada hari, pekan,
serta bulan yang berbarokah tersebut. Sunnah Nabi pun mempertegas isyarat
tersebut. Allah SWT berfirman, "Maka bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu
berada di petang hari dan di saat kamu berada di waktu subuh, dan bagi-Nya-lah
segala puji di langit dan di bumi, dan di waktu kamu berada di petang hari dan
di saat kamu berada di waktu zhuhur." (Ar-Ruum: 17-18).
"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan
diri dan rasa takut dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan
petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (Al-A?raf:
205).
"Demi fajar dan malam yang sepuluh (sepuluh malam terakhir
dari bulan Ramadhan)." (Al-Fajr: 1-2).
"Supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka
dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan (tanggal
10, 11, 12, dan 13 dari bulan Dzulhijjah)." (Al-Hajj: 28).