Membaca, tentu semua orang tahu arti dari sebuah kata tersebut
Sebagian orang ada yang berfikir membaca membuat sesuatu jadi
membosankan dan banyak menyita waktu, tenaga dan pikiran. Sehingga dapat
memunculkan image yang kurang baik dalam membaca. Padahal dengan
membaca kita akan mendapat banyak pengetahuan yang tidak pernah di dapat
sebelumnya. Selain itu membaca bias memperluas wawasan di berbagai
aspek kehidupan, misalnya di dunia IPTEK.
Dalam beberapa tahun ini membaca dalam kehidupan sehari-hari sangat
sulit dijumpai. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa semua hampir
jarang menerapkan budaya membaca. Di dalam persekolahan saja masih
banyak siswa atau murid yang jarang membaca, padahal diluar sana sangat
memerlukan pendidikan. Terutama kaum remaja, mereka sudah tidak mau
peduli dengan aktivitas membaca. Lebih baik kumpul dengan teman-teman
ketimbang membaca.
Seiring perkembangan zaman, banyak budaya-budaya asing yang
mengakulturasi dari sebagian bahkan hampir semua kebudayaan di
Indonesia, termasuk budaya membaca. Hampir tidak mungkin kita dapat
temukan satu lingkup golongan yang gemar membaca. Padahal dengan membaca
kita dapat menguasai dunia dengan intelektualitas yang tinggi. Sering
kita mendengar adanya system pertukaran pelajar mancanegara, tetapi
hanya segelintir orang saja yang bias melakukan hal itu, hanya orang
yang memiliki ekonomi yang tinggi yang bias melakukannya.
Zaman sudah berganti zaman. Semakin ke depan semakin mengancam
kebudayaan membaca. Bayangkan saja, anak umur 5 tahun lebih berat
meninggalkan game online ketimbang pendidikan nonformal, seperti TK
(Taman Kanak-Kanak), maupun Play Group. Bahkan sudah menginjak umur 7
tahun saja mereka lebih baik meninggalkan bangku Sekolah Dasar daripada
harus meninggalkan dunia maya. Jika hal ini terus dibiarkan maka jumlah
pelajar terdidik semakin tahun, semakin berkurang.
Sekarang sudah zaman dimana fasilitas-fasilitas yang ada sudah
canggih. Semuanya serba teknologi, semuanya serba praktis, dan semuanya
serba otomatis. Tapi dibalik itu semua ada sisi negatif. Anak-anak lebih
cepat mengerti teknologi di banding orang dewasa maupun orangtua. Dari
situlah muncul golongan pembaca buku yang tidak aktif. Orang-orang lebih
senang dengan teknologi yang otomatis, mulai dari anak-anak, remaja,
hingga orangtua, semua terlibat didalamnya.
Untuk itu dibutuhkan peran orang tua dalam memotivasi mereka dalam
mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan kegiatan membaca. Karena
pada saat itulah semua kreativitas dapat tumbuh dengan baik, bukan
membonsainya dengan teknologi. Teknologi dapat menjadi alat penghancur
jikalau kita tidak selektif dalam menggunakannya dan teknologi alat
pembantu dikala kita membutuhkannya.
Dalam hal membangun budaya membaca yang memiliki eksistensi yang baik
dibutuhkan waktu yang lama, biaya yang mahal, moralitas yang tinggi dan
kerjasama yang kolektif, baik orang tua, teman atau kolega, dan
pemerintah. Bagaimana mau menerapkan budaya membaca yang tinggi kalau
ketiga elemen yang dibutuhkan tidak menunjang kegiatan tersebut. Agar
perkembangan budaya membaca bisa berjalan dengan cepat, diperlukan
penanaman kebiasaan membaca yang serius dari masing individu.
Dalam ruang lingkup keluarga orang tua dapat menyediakan fasilitas
seperti ruang belajar sendiri yang nyaman agar si anak tetap betah untuk
berlama-lama membaca diruang tersebut. Tanpa disadari hal yang demikian
akan menambah motivasi anak untuk membaca Kemudian peran teman adalah
mengajak teman-teman sejawatnya untuk membaca di Perpustakaan keliling
atau di tempat-tempat yang sekiranya banyak menyediakan buku bacaan.
Di sekolah, guru adalah ujung tombak untuk menciptakan budaya baca
dalam diri siswa. Banyak hal bisa dicoba dan diterapkan untuk
menumbuhkan budaya tersebut. Seperti halnya mengajak peserta didik untuk
membaca dan menelaah buku-buku yang menarik di perpustakaan. Atau
dengan memberikan tugas yang sumbernya harus dicari di perpustakaan.
Guru dan petugas perpustakaan sebaiknya juga mengajarkan peserta didik
bagaimana menggunakan perpustakaan, mengenal, mencari, mengumpulkan,
mengorganisasikan informasi, dan menyajikan presentasi yang dibutuhkan.
Undang-undang nomor 25 tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional (Propenas) menjelaskan bahwa perpustakaan merupakan sumber daya
pendidikan yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas Pendidikan
Prasekolah, Pendidikan Dasar dan Menengah. Jadi peran perpustakaan di
sini sangat strategis sekali untuk menunjang pertumbuhan minat baca
siswa dan masyarakat. Pelayanan, program, dan koleksi perpustakaan
menjadi penting untuk menguatkan Propenas di atas. Layanan perpustakaan
terutama di sekolah-sekolah tidak bisa hanya buka pada jam-jam istirahat
saja. Perpustakaan harus buka ekstra, misalnya di jam-jam pulang
sekolah, karena kebanyakan siswa baru memiliki waktu yang longgar pada
jam-jam tersebut. Desain perpustakaan seyogyanya juga dibuat senyaman
mungkin bagi pengunjungya. Selain itu petugas perpustakaan bisa membuat
program pemilihan pengunjung perpustakaan teraktif. Bisa dalam rentang
waktu perbulan, persemester, atau sebagainya. Intinya hal demikian
dimaksudkan untuk menarik pengunjung datang ke perpustakaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar