Waktu kita terus berjalan, apakah hubungannya sebagai
pribadi-pribadi atau sebagai anak bangsa, insan Indonesia yang menjunjung
tinggi panji-panji berbangsa dan bernegara. Hari demi hari, tahun demi tahun,
waktu datang dan pergi, dan sebentar lagi kita masuk tahun baru, memang tak mudah mengajak orang
untuk berperilaku baik, jujur, saling menghormati, toleran, berbagi, dan adil.
Tetapi hal itu menjadi kewajiban manusia jika menjalani hidup sesuai dengan
firman Allah, agar pandai bersyukur dan agar berpikir (ulil albab). Sebab, manusia diciptakan untuk bertindak
sebagai pengelola bumi, seberapa pun kecil tanggung jawabnya.
Waktu kita terus
berjalan, apakah hubungannya sebagai pribadi-pribadi atau sebagai anak bangsa,
insan Indonesia yang menjunjung tinggi panji-panji berbangsa dan bernegara.
Hari demi hari, tahun demi tahun, waktu datang dan pergi, dan sebentar lagi
kita manapaki Tahun Baru yang penuh dinamika, tantangan, baik masalah politik,
ekonomi, sosial, budaya dan
pertahanan-keamanan.
Sebagai manusia, siap
atau tidak siap, semua itu akan dihadapi. Masalahnya adalah bagaimana membuat
hari depan itu lebih baik daripada hari ini, atau lebih baik daripada hari
kemarin. Ada jargon bijak, “Kita tidak tahu, besok menjadi apa, dan yang paling
baik adalah hari ini bekerja sebaik-baiknya.” Kebaikan itu pintunya hanya satu,
yaitu “hati manusia”.
Allah menciptakan hati
manusia dengan segala keutamaan dan kemulyaannya. Karena itu, baik buruknya
diri manusia sangat ditentukan oleh hatinya. Jika hatinya buruk, maka buruk
pula dirinya dan jika hatinya baik, maka baik pula dirinya.
Dengan paradigma itu,
hati seseorang harus tetap dipelihara dan dimakmurkan agar tumbuh hati yang
hidup dan sehat. Hati yang hidup dan sehat yaitu hati yang didalamnya terdapat
iman yang benar dan setiap yang benar itu datangnya dari Allah.
Hati yang hidup sehat
akan dapat menerima kebenaran yang datang dari Allah, baik berupa perintah dan
larangan, dan menjalankan amanah yang merupakan tugas utama hamba Allah yang
berstatus sebagai Khalifatullah fil ardi, yaitu memakmurkan bumi dan sekaligus
menjadikannya Rahmatan lil ‘alamin, memakmurkan hatinya dan memakmurkan hati sesama
hamba, menjalankan amar makruf dan nahi munkar.
Hati yang hidup sehat
akan dapat menjangkau Allah. Hati seperti itu senantiasa bertaut dengan Allah,
hidup bersama Allah, berjalan bersama Allah dan tertidur pun bersama Allah.
Dunia baginya adalah ladang tempat mereka menanam.
Sedangkan harta, takhta
(pangkat dan jabatan), anak serta istrinya, ditempatkannya sebagai amanah
(titipan) Allah, namun juga dapat menjadi fitnah (cobaan) bagi orang yang
beriman. Karena itu, jangan pernah berbuat untuk memalingkan hati, menjadikan
hati menentang hukum-hukum Allah, menjadikan hati ingkar dengan janji hamba
terhadap
Allah.
Jika hal itu terjadi,
semua itu adalah perbuatan setan, bisikan setan agar manusia mengikuti
langkah-langkah setan, musuh seluruh manusia yang teramat nyata. Namun,
kebanyakan manusia kalah dalam pertempuran melawan setan, meskipun berbagai
senjata dahsyat telah diberikan oleh Allah, bahkan Allah sendiri ridha menjadi
tameng penyelamat manusia sekiranya manusia selalu berlindung kepada
Allah.
Karena itu, sekiranya
hati seseorang telah menjangkau Allah, atau sedang berjalan menuju Allah dengan
hatinya, maka pertahankanlah perjalanan menujun kepada-Nya. Bagaimana caranya
?
Cara mudahnya adalah
dengan berlindung kepada Allah dan bersiaga dengan senjata-senjata dahsyat dari
Allah sebagai penyelamat.
Berikut ini penulis
sampaikan 10 karakter terapi hati, renungan menyongsong Tahun Baru 2015. Hal
itu penulis sampaikan bukan karena “merasa bisa” tetapi “bisa merasakan”,
betapa hal tersebut dibutuhkan orang banyak. Sepuluh karakter senjata
penyelamat itu, pokok-pokoknya adalah sebagai berikut.
PERTAMA, hidupkan hati dengan
iman dan keyakinan yang benar, jangan dikotori dengan selain Allah. Jangan
bergantung dengan selain Dia, agar senantiasa hal itu terbukauntuk memerima
cahaya hidayah dari-Nya. Hidayah-Nya, merupakan jembatan hati seseorang menuju
Allah.
KEDUA, teguhkan iman dengan
istiqomah, hingga kita berada di dalam “tauhidullah” yang sebenar-benarnya.
KETIGA, hiasillah diri dengan akhlakuk
karimah (karakter mulia), karena akhlakul
karimah akan mengantarkan diri,
menuntun hati menyatu dengan Rasulullah SAW.
KEEMPAT, bangun dan tegakkanlah
seluruh amal dan ibadah di atas platform hati yang ikhlas karena Allah SWT. Ikhlas adalah wujud ruh dari
seluruh amal saleh, ikhlas adalah suatu identitas cinta hamba kepada-Nya. Tanpa
ikhlas, amal akan mati dan tertolak oleh-Nya, karena amal yang demikian itu
tidak akan mendekatkan diri dengnan-Nya.
KELIMA, berjalanlah dengan
hati menuju Allah melalui pintu sakat dan taubat, tasbih, tahajud dan lainnya,
karena pintu-pintu itu luas, lenggang, lurus dan jaraknya dekat dengan Allah.
Pada sepertiga malam terakhir, Allah mendekat kepada hamba-Nya, turun ke langit
pertama (bumi) dan memanggil manggil hamba-Nya, “Wahai hamba-Ku, adakah di
antara kalian yang berdoa kepada-Ku? Meminta ampun kepada-Ku? Adakah yang
bertaubat kepada-Ku?” (Hadist Qudsi riwayat Muslim dari Abu Hurairah).
Alangkah indahnya
ketika itu jika kita mampu manyanjung dan memuji kemaha sucian-Nya,
dengan melakukan salat tasbih dan dzikir-Nya.
KEENAM, tundukan nafsu dengan
puasa sunnah karena puasa sunnah adalah ouasa pengendali nafsu perut dan
sekaligus pengendali nafsu syahwat. Jika nafsu perut engkau bebaskan tanpa
kendali, maka perut akan menjadi sumber dari segala petaka yang menghancurkan
tubuh, hati, dan martabat seseorang.
KETUJUH, jadikan sabar sebagai
penolong dalam menerima ujian dan cobaan dari Allah, karena kunci jawaban soal
ujian Allah itu akan hanya dapat diselesaikan dengan upaya, doa dan bertumpu
kepada kesabaran.
KEDELAPAN,
dekatka hati dengan Allah melalui dzikir. Dengan dzikir, hati menjadi dekat
bahkan menyatu denngan Asma-Nya dan dengan sifat-sifat-Nya.
KESEMBILAN,
sucikan hati engan tasbih (salat tasbih dan dzikir),karena hakikat tasbih
adalah menyanjung dan memuji kemahasucian Allah. Seluruh sanjungan, pujian yang
ditujukan kepada-Nya, pada hakikatnya bukan untuk Allah, namun akan
dikembalikan lagi kepada hamba-Nya, terkecuali puasa Ramadhan adalah untukAllah
dan Allah jua yang akan membalas secara langsung kepada hamba-Nya.
KESEPULUH,
berjalanlah di muka bumi dengan tawadhu (rendah hati). Pada hakikatnya hidup
dan berjalan di muka bumi adalah mengemban amanah-Nya, yaitu sebagai “khalifatullah
fikl ardhidan rahmatan lil ‘alamin”. Karena itu, kita harus memulai setiap langkah dengan berlindung
kepada-Nya dan atas Asma-Nya.
Itulah sebagai bukti
sebagai “wakil Allah di muka bumi”. Sekali-kali jangan berjalan di muka bumi
karena pangkat, kekayaan, dan kehebatan. Jika berjalan di muka bumi karena yang
demikian itu, ketahuilah bahwa seseorang itu sombong dan telah terdaftar
sebagai tentara iblis dan setan. Sekian
Waktu kita terus berjalan, apakah hubungannya sebagai
pribadi-pribadi atau sebagai anak bangsa, insan Indonesia yang menjunjung
tinggi panji-panji berbangsa dan bernegara. Hari demi hari, tahun demi tahun,
waktu datang dan pergi, dan sebentar lagi kita masuk tahun baru, memang tak mudah mengajak orang
untuk berperilaku baik, jujur, saling menghormati, toleran, berbagi, dan adil.
Tetapi hal itu menjadi kewajiban manusia jika menjalani hidup sesuai dengan
firman Allah, agar pandai bersyukur dan agar berpikir (ulil albab). Sebab, manusia diciptakan untuk bertindak
sebagai pengelola bumi, seberapa pun kecil tanggung jawabnya.
Waktu kita terus
berjalan, apakah hubungannya sebagai pribadi-pribadi atau sebagai anak bangsa,
insan Indonesia yang menjunjung tinggi panji-panji berbangsa dan bernegara.
Hari demi hari, tahun demi tahun, waktu datang dan pergi, dan sebentar lagi
kita manapaki Tahun Baru yang penuh dinamika, tantangan, baik masalah politik,
ekonomi, sosial, budaya dan
pertahanan-keamanan.
Sebagai manusia, siap
atau tidak siap, semua itu akan dihadapi. Masalahnya adalah bagaimana membuat
hari depan itu lebih baik daripada hari ini, atau lebih baik daripada hari
kemarin. Ada jargon bijak, “Kita tidak tahu, besok menjadi apa, dan yang paling
baik adalah hari ini bekerja sebaik-baiknya.” Kebaikan itu pintunya hanya satu,
yaitu “hati manusia”.
Allah menciptakan hati
manusia dengan segala keutamaan dan kemulyaannya. Karena itu, baik buruknya
diri manusia sangat ditentukan oleh hatinya. Jika hatinya buruk, maka buruk
pula dirinya dan jika hatinya baik, maka baik pula dirinya.
Dengan paradigma itu,
hati seseorang harus tetap dipelihara dan dimakmurkan agar tumbuh hati yang
hidup dan sehat. Hati yang hidup dan sehat yaitu hati yang didalamnya terdapat
iman yang benar dan setiap yang benar itu datangnya dari Allah.
Hati yang hidup sehat
akan dapat menerima kebenaran yang datang dari Allah, baik berupa perintah dan
larangan, dan menjalankan amanah yang merupakan tugas utama hamba Allah yang
berstatus sebagai Khalifatullah fil ardi, yaitu memakmurkan bumi dan sekaligus
menjadikannya Rahmatan lil ‘alamin, memakmurkan hatinya dan memakmurkan hati sesama
hamba, menjalankan amar makruf dan nahi munkar.
Hati yang hidup sehat
akan dapat menjangkau Allah. Hati seperti itu senantiasa bertaut dengan Allah,
hidup bersama Allah, berjalan bersama Allah dan tertidur pun bersama Allah.
Dunia baginya adalah ladang tempat mereka menanam.
Sedangkan harta, takhta
(pangkat dan jabatan), anak serta istrinya, ditempatkannya sebagai amanah
(titipan) Allah, namun juga dapat menjadi fitnah (cobaan) bagi orang yang
beriman. Karena itu, jangan pernah berbuat untuk memalingkan hati, menjadikan
hati menentang hukum-hukum Allah, menjadikan hati ingkar dengan janji hamba
terhadap
Allah.
Jika hal itu terjadi,
semua itu adalah perbuatan setan, bisikan setan agar manusia mengikuti
langkah-langkah setan, musuh seluruh manusia yang teramat nyata. Namun,
kebanyakan manusia kalah dalam pertempuran melawan setan, meskipun berbagai
senjata dahsyat telah diberikan oleh Allah, bahkan Allah sendiri ridha menjadi
tameng penyelamat manusia sekiranya manusia selalu berlindung kepada
Allah.
Karena itu, sekiranya
hati seseorang telah menjangkau Allah, atau sedang berjalan menuju Allah dengan
hatinya, maka pertahankanlah perjalanan menujun kepada-Nya. Bagaimana caranya
?
Cara mudahnya adalah
dengan berlindung kepada Allah dan bersiaga dengan senjata-senjata dahsyat dari
Allah sebagai penyelamat.
Berikut ini penulis
sampaikan 10 karakter terapi hati, renungan menyongsong Tahun Baru 2015. Hal
itu penulis sampaikan bukan karena “merasa bisa” tetapi “bisa merasakan”,
betapa hal tersebut dibutuhkan orang banyak. Sepuluh karakter senjata
penyelamat itu, pokok-pokoknya adalah sebagai berikut.
PERTAMA, hidupkan hati dengan
iman dan keyakinan yang benar, jangan dikotori dengan selain Allah. Jangan
bergantung dengan selain Dia, agar senantiasa hal itu terbukauntuk memerima
cahaya hidayah dari-Nya. Hidayah-Nya, merupakan jembatan hati seseorang menuju
Allah.
KEDUA, teguhkan iman dengan
istiqomah, hingga kita berada di dalam “tauhidullah” yang sebenar-benarnya.
KETIGA, hiasillah diri dengan akhlakuk
karimah (karakter mulia), karena akhlakul
karimah akan mengantarkan diri,
menuntun hati menyatu dengan Rasulullah SAW.
KEEMPAT, bangun dan tegakkanlah
seluruh amal dan ibadah di atas platform hati yang ikhlas karena Allah SWT. Ikhlas adalah wujud ruh dari
seluruh amal saleh, ikhlas adalah suatu identitas cinta hamba kepada-Nya. Tanpa
ikhlas, amal akan mati dan tertolak oleh-Nya, karena amal yang demikian itu
tidak akan mendekatkan diri dengnan-Nya.
KELIMA, berjalanlah dengan
hati menuju Allah melalui pintu sakat dan taubat, tasbih, tahajud dan lainnya,
karena pintu-pintu itu luas, lenggang, lurus dan jaraknya dekat dengan Allah.
Pada sepertiga malam terakhir, Allah mendekat kepada hamba-Nya, turun ke langit
pertama (bumi) dan memanggil manggil hamba-Nya, “Wahai hamba-Ku, adakah di
antara kalian yang berdoa kepada-Ku? Meminta ampun kepada-Ku? Adakah yang
bertaubat kepada-Ku?” (Hadist Qudsi riwayat Muslim dari Abu Hurairah).
Alangkah indahnya
ketika itu jika kita mampu manyanjung dan memuji kemaha sucian-Nya,
dengan melakukan salat tasbih dan dzikir-Nya.
KEENAM, tundukan nafsu dengan
puasa sunnah karena puasa sunnah adalah ouasa pengendali nafsu perut dan
sekaligus pengendali nafsu syahwat. Jika nafsu perut engkau bebaskan tanpa
kendali, maka perut akan menjadi sumber dari segala petaka yang menghancurkan
tubuh, hati, dan martabat seseorang.
KETUJUH, jadikan sabar sebagai
penolong dalam menerima ujian dan cobaan dari Allah, karena kunci jawaban soal
ujian Allah itu akan hanya dapat diselesaikan dengan upaya, doa dan bertumpu
kepada kesabaran.
KEDELAPAN,
dekatka hati dengan Allah melalui dzikir. Dengan dzikir, hati menjadi dekat
bahkan menyatu denngan Asma-Nya dan dengan sifat-sifat-Nya.
KESEMBILAN,
sucikan hati engan tasbih (salat tasbih dan dzikir),karena hakikat tasbih
adalah menyanjung dan memuji kemahasucian Allah. Seluruh sanjungan, pujian yang
ditujukan kepada-Nya, pada hakikatnya bukan untuk Allah, namun akan
dikembalikan lagi kepada hamba-Nya, terkecuali puasa Ramadhan adalah untukAllah
dan Allah jua yang akan membalas secara langsung kepada hamba-Nya.
KESEPULUH,
berjalanlah di muka bumi dengan tawadhu (rendah hati). Pada hakikatnya hidup
dan berjalan di muka bumi adalah mengemban amanah-Nya, yaitu sebagai “khalifatullah
fikl ardhidan rahmatan lil ‘alamin”. Karena itu, kita harus memulai setiap langkah dengan berlindung
kepada-Nya dan atas Asma-Nya.
Itulah sebagai bukti
sebagai “wakil Allah di muka bumi”. Sekali-kali jangan berjalan di muka bumi
karena pangkat, kekayaan, dan kehebatan. Jika berjalan di muka bumi karena yang
demikian itu, ketahuilah bahwa seseorang itu sombong dan telah terdaftar
sebagai tentara iblis dan setan. Sekian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar