Ada dua Bentuk Penyakit
Hati:
Penyakit hati itu ada
dua macam: Penyakit syahwat dan penyakit syubhat.
Keduanya tersebut dalam Al-Qur'an.
Allah berfirman, artinya:
"Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melembut-lembutkan bicara) sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. " (Al-Ahzab:32)
Ini yang disebut penyakit syahwat.
Allah berfirman, artinya:
"Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melembut-lembutkan bicara) sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya. " (Al-Ahzab:32)
Ini yang disebut penyakit syahwat.
Allah juga berfirman,
artinya:
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya..." (Al-Baqarah : 10)
Allah juga berfirman, artinya:
"Dan adapun orang yang didalam hati mereka ada penyakit, maka dengansurat itu bertambah
kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada)." (At-Taubah : 125)
"Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya..." (Al-Baqarah : 10)
Allah juga berfirman, artinya:
"Dan adapun orang yang didalam hati mereka ada penyakit, maka dengan
Penyakit di sini
adalah penyakit syubhat. Penyakit ini lebih parah daripada penyakit syahwat.
Karena penyakit syahwat masih bisa diharapkan sembuh, bila syahwatnya sudah
terlampiaskan. Sedangkan penyakit syubhat, tidak akan dapat sembuh, kalau Allah
tidak menanggulanginya dengan limpahan rahmat-Nya.
Seringkali penyakit
hati bertambah parah, namun pemiliknya tak juga menyadari. Karena ia tak sempat bahkan enggan
mengetahui cara penyembuhan dan sebab-sebab (munculnya) penyakit tersebut.
Bahkan terkadang hatinya sudah mati, pemiliknya belum juga sadar kalau sudah
mati. Sebagai buktinya, ia sama sekali tidak merasa sakit akibat luka-luka dari
berbagai perbuatan buruk. Ia juga tak merasa disusahkan dengan ketidak
mengertian dirinya terhadap kebenaran, dan keyakinan-keyakinannya yang batil."Luka,
tak akan dapat membuat sakit orang mati." *). Terkadang ia juga merasakan sakitnya. Namun ia tak sanggup
mencicipi dan menahan pahitnya obat. Masih bersarangnya penyakit tersebut di
hatinya, berpengaruh semakin sulit dirinya menelan obat. Karena obatnya dengan
melawan hawa nafsu. Itu hal yang paling berat bagi jiwanya. Namun baginya, tak
ada sesuatu yang lebih bermanfaat dari obat itu. Terkadang, ia memaksa dirinya
untuk bersabar. Tapi kemudian tekadnya mengendor dan bisa meneruskannya lagi.
Itu karena kelemahan ilmu, keyakinan dan ketabahan. Sebagai halnya orang yang memasuki jalan angker yang akhirnya
akan membawa dia ke tempat yang aman. Ia sadar, kalau ia bersabar, rasa takut
itu sirna dan berganti dengan rasa aman. Ia membutuhkan kesabaran dan keyakinan
yang kuat, yang dengan itu ia mampu berjalan. Kalau kesabaran dan keyakinannya
mengendor, ia akan balik mundur dan tidak mampu menahan kesulitan. Apalagi
kalau tidak ada teman, dan takut sendirian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar