Tahun kedelapan Hijrah, perjanjian Hudaibiyah
dikhianati oleh orang-orang Quraisy mekah, Nabi segera mengeluarkan perintah
kesiagaan umum. Beliau siapkan pasukan besar yang belum pernah disaksikan
kehebatannya selama ini. Ketika pasukan telah lengkap dan siap bergerak, Nabi
pun menyampaikan bahwa sasarannya adalah Mekah. Pasukan bergerak laksana
migrasi kawanan burung menuju arah selatan. Nabi memerintahkan kepada
pasukannya yang berjumlah 10.000 orang untuk membagi diri, dan menyalakan api
unggun di malam hari agar pasukan musuh melihat betapa besar pasukan musuh
tersebut.
Di
dekat kuburan Abu Tholib dan Khodijah yang terletak di punggung Mekah, kaum
muslimin membuat kubah untuk Nabi. Dari kubah inilah Nabi mengamati dengan
cermat arus pasukan Islam yang masuk ke kota dari empat penjuru.
Makkah...
Membisu di depan Nabi dan pendukungnya. Ya Mekah membisu dan tidak lagi
menyerukan teriakan Firaun-firâun, digantikan hiruk pikuk suara 10.000 prajurit
Muslim yang menggema yang seakan-akan sedang menunggu kedatangan sahabatnya
Gua
itu menatap kepada orang yang dulu berada dalam perutnya dalam keadaan terusir
yang kini telah berdiri tegap dengan gagah dan dikelilingi puluhan ribu
pengikut dan pembelanya.
Nabi
memasuki Mekah dan bertawaf, menghancurkan berhala-berhala bersama al-Washi,
tidak ada darah yang tertumpah. Orang-orang Quraisy yang berada di Makkah
menunggu bibir Muhammad berucap tentang mereka, apakah yang akan terjadi pada
mereka, namun bibir itu begitu mulia untuk menjatuhkan hukuman, ia memberikan
kepada mereka yang telah memeranginya pengampunan dan beliau berkata ... Pergilah,
Anda semua adalah orang-orang yang dibebaskan!
Kini, di Shafa, laki-laki yang telah membuat
sejarah itu telah kembali, berdiri di depan kehidupannya yang sarat dengan
berbagai peristiwa dan yang ditangannya tergenggam masa depan yang gemilang.
Selama dua puluh tahun penggembalaannya tak pernah henti, ia tak pernah
merasakan letih, kesabarannya begitu tinggi, tak pernah menyerah. Orang orang
Quraisy berdesak-desakkan di bukit Shafa untuk memberikan Baiat.
Setelah penaklukan Mekah
masih ada beberapa peperangan besar berlanjut semasa hidup Nabi - yaitu
Hunain, Tabuk. Al-Washi tampil dengan gagah perkasa dalam peperangan ini,
sesudah membuat kocar-kacir musuh, al-washi segera menghambur untuk bergabung
dengan Nabi, ia memutari Nabi, dan menghambur membabat musuh untuk melindungi
Nabi, dan pada kali yang lain menemui prajurit musuh yang lari dan menghadang
kejaran musuh. Sesudah itu kembali memutari Nabi. Nabi memanggil
sahabat-sahabatnya yang lari cerai-berai “ Ayyuhan Nas, mau kemana kalian ?â€
Wahai orang-orang yang ikut baiat al-Ridwan! Wahai, orang-orang yang kepadanya
diturunkan surat Al-Baqarah!
Wahai orang-orang yang berbaiat di bawah pohon...! orang-orang
Madinah yang gagah berani segera sadar akan diri mereka! Dan ingat bahwa hingga
saat ini mereka adalah tulang punggung Nabi. Kini Nabi memanggil mereka di
tengah 12.000 orang prajurit, dua ribu diantaranya adalah kaum kerabatnya.
Mereka segera menghambur ke arah Nabi menyambut panggilannya dengan, Labbaik,
Labbaik... Kami datang, kami datang...!
Pasukan Islam kembali memenangkan
pertempuran, peran individual Muhammad dalam menyampaikan risalah agungnya
telah selesai, dan kini tidak bisa tidak di harus melihat
pasukannya, untuk kesekian kalinya, mengingat dan mengenang kembali pelajaran
yang telah diberikannya selama dua puluh tiga tahun, agar di bisa
mengevaluasidan menelitinya kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar