Selamat Datang Di Kampus Ceria.. MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KAYUTREJO " Mandiri Santun Cerdas " (Mimka MSc) Status Terakreditasi ~ Terimalah Salam Kami Asalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarokaatuh, Mimka Selalu ada yang baru. "Silaturrohmi Alumni, Menjalin Ukhuwah Dunia Akhirat; Mempersiapkan Siswa - Siswi Madrasah yang Mandiri, Santun dan Cerdas

Kamis, 30 Agustus 2012

Sejarah Singkat Teori Evolusi (Keruntuhan Teori Evolusi )

 
Akar pemikiran evolusionis muncul sezaman dengan keyakinan dogmatis yang berusaha keras mengingkari penciptaan. Mayoritas filsuf penganut pagan di zaman Yunani kuno mempertahankan gagasan evolusi. Jika kita mengamati sejarah filsafat, kita akan melihat bahwa gagasan evolusi telah menopang banyak filsafat pagan.
Akan tetapi, bukan filsafat pagan kuno ini yang telah berperan penting dalam kelahiran dan perkembangan ilmu pengetahuan modern, melainkan keimanan kepada Tuhan. Pada umumnya mereka yang mempelopori ilmu pengetahuan modern mempercayai keberadaan-Nya. Seraya mempelajari ilmu pengetahuan, mereka berusaha menyingkap rahasia jagat raya yang telah diciptakan oleh Tuhan dan mengungkap hukum-hukum dan detail-detail dalam ciptaan-Nya. Ahli astronomi seperti Leonardo da Vinci, Copernicus, Keppler dan Galileo: bapak palentologi; Cuvier: perintis botani dan zoologi, Linnaeus dan Isaac Newton, yang dijuluki sebagai "ilmuwan terbesar yang pernah ada", semua mempelajari ilmu pengetahuan dengan tidak hanya meyakini keberadaan Tuhan, tetapi juga bahwa keselurohan alam semesta adalah hasil ciptaan-Nya. Albert Einstein, yang dianggap sebagai orang paling jenius di zaman kita, adalah seorang ilmuwan yang mempercayai Tuhan dan menyatakan, "Saya tidak bisa membayangkan ada ilmuwan sejati tanpa keimanan mendalam seperti itu. Ibaratnya, ilmu pengetahuan tanpa agama akan pincang."
Salah seorang pendiri fisika modern, dokter asal Jerman, Max Planck, mengatakan bahwa setiap orang yang mempelajari ilmu pengetahuan dengan sungguh-sungguh akan membaca pada gerbang istana ilmu pengetahuan sebuah kata: "berimanlah". Keimanan adalah atribut penting seorang ilmuwan.
Teori evolusi merupakan buah filsafat materialistis yang muncul bersamaan dengan kebangkitan filsafat-filsafat materialistis kuno dan kemudian menyebar luas di abad ke-19. Seperti telah disebutkan sebelumnya, paham materialisme berusaha menjelaskan alam semesta melalui faktor-faktor materi. Karena menolak penciptaan, pandangan ini menyatakan bahwa segala sesuatu hidup atau tidak hidup muncul tidak melalui penciptaan, tetapi dari sebuah peristiwa kebetulan yang kemudian mencapai kondisi teratur. AKan tetapi, akal manusia sedemikian terstruktur sehingga mampu memahami keberadaan sebuah kehendak yang mengatur di mana pun ia menemukan keteraturan. Filsafat materialistis, yang bertentangan dengan karakteristik paling mendasar akal manusia ini, memunculkan teori evolusi di pertengahan abad ke-19.
Khayalan Darwin
Orang yang mengemukakan teori evolusi sebagaimana yang dipertahankan dewasa ini adalah seorang naturalis amatir dari Inggris, Charles Robert Darwin.
Darwin tidak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang biologi. Ia hanya memiliki ketertarikan amatir pada alam dan makhluk hidup. Minat tersebut mendorongnya bergabung secara sukarela dalam ekspedisi pelayaran dengan sebuah kapal bernama H.M.S. Beagle, yang berangkat dari Inggris tahun 1832 dan mengarungi berbagai belahan dunia selama lima tahun. Darwin muda sangat takjub melihat beragam spesies makhluk hidup, terutama jenis-jenis burung finch tertentu di kepulauan Galapagos. Ia mengira bahwa variasi pada paroh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap habitat. Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal-usul kehidupan dan spesies berdasar pada konsep "adaptasi terhadap lingkungan". Menurut Darwin, aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal dari nenek moyang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi alam.
Hipotesis Darwin tidak berdasarkan penemuan atau peneliteian ilmiah apa pun, tetapi kemudian ia menjadikannya sebuah teori monumental berkat dukungan dan dorongan para ahli biologi materialis terkenal pada masanya. Gagasannya menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitat mereka dengan cara terbaik akan menurunkan sifat-sifat mereka kepada generasi berikutnya. Sifat-sifat yang menguntungkan ini lama kelamaan terakumulasi dan mengubah suatu individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya (asal-usul "sifat yang menguntungkan" ini belum diketahui pada waktu itu). Menurut Darwin, manusia adalah hasil paling maju dari mekanisme ini. Darwin menamakan proses ini "evolusi melalui seleksi alam". Ia mengira telah menemukan "asal-usul spesies": suatu spesies berasal dari spesies lain. Ia memublikasikan pandangannya ini dalam bukunya yang berjudul The Origin of Spesies, By Means of Natural Selection, pada tahun 1859.
Darwin sadar bahwa teorinya menghadapi banyak masalah. Ia mengakui ini dalam bukunya pada bab Difficulties of the Theory. Kesulitan-kesulitan ini terutama pada catatan fosil dan organ-organ rumit makhluk hidup. Darwin berharap kesulitan-kesulitan ini akan teratasi oleh penemuan-penemuan baru, tetapi bagaimanapun ia tetap mengajukan sejumlah penjelasan yang sangat tidak memadai untuk sebuah kesulitan tersebut. Seorang ahli Fisika Amerika, Lipson, mengomentari "kesulitan-kesulitan" Darwin tersebut,
"Ketika membaca The Origin of Spesies saya mendapati bahwa Darwin sendiri tidak seyakin yang sering dikatakan orang tentangnya; bab Difficulties of The Theory misalnya, menunjukkan keragu-raguannya yang cukup besar. Sebagai seorang fisikawan, saya secara khusus merasa terganggu oleh komentarnya mengenai bagaimana mata terbentuk."
Saat menyusun teorinya, Darwin terkesan dengan para ahli biologi evolusionis sebelumnya, terutama seorang ahli biologi Prancis, Lamarck. Menurut Lamark, makhluk hidup mewariskan ciri-ciri yang mereka dapatkan selama hidupnya dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga terjadilah evolusi. Sebagai contoh, jerapah berevolusi dari binatang yang menyerupai antelop. Perubahan ini terjadi dengan memanjangkan leher mereka sedikit demi sedikit dari generasi ke generasi ketika berusaha menjangkau dahan yang lebih tinggi untuk memperoleh makanan. Darwin menggunakan hipotesis Lamarck tentang "pewarisan sifat-sifat yang diperoleh" sebagai faktor yang menyebabkan makhluk hidup berevolusi.
Namun, Darwin dan Lamarck telah keliru, sebab pada masa mereka kehidupan hanya dapat dipelajari dengan teknologi yang sangat primitif dan pada tahap yang sangat tidak memadai. Bidang-bidang ilmu pengetahuan seperti genetika dan biokimia belum ada sekalipun hanya nama. Karena itu, teori mereka harus bergantung sepenuhnya pada kekuatan imajinasi.
Pada saat gema buku Darwin tengah berkumandang, seorang ahli botana Austria bernama Gregor Mendel menemukan hukum penurunan sifat pada tahun 1865. Meskipun tidak banyak dikenal orang hingga akhir abad ke-19, penemuan Mendel mendapat perhatian besar di awal tahun 1900-an. Inilah awal kelahiran ilmu genetika. Beberapa waktu kemudian, struktur gen dan kromosom ditemukan. Pada tahun 1950-an, penemuan struktur molekul DNA yang berisi informasi genetis menghempaskan teori evolusi ke dalam krisis. Alasannya adalah kerumitan luar biasa dari kehidupan dan ketidakabsahan mekanisme evolusi yang diajukan Darwin.
Perkembangan ini mestinya membuat teori Darwin terbuang dalam keranjang sampah sejarah. Namun, ini tidak terjadi, karena ada kelompok-kelompok tertentu yang bersikeras merivisi, memperbarui dan mengangkat kembali teori ini pada kedudukan ilmiah. Kita dapat memahami maksud upaya-upaya tersebut hanya jika menyadari bahwa di belakang teori ini terdapat tujuan idiologis, bukan sekadari kepentingan ilmiah.
Usaha Putus Asa Neodarwinisme
Teori Darwin jatuh terpuruk dalam krisis karena hukum-hukum genetika yang ditemukan pada perempatan pertama abad ke-20. Meskipun demikian, sekelompok ilmuwan yang bertekat bulat tetap setia kepada Darwin berusaha mencari jalan keluar. Mereka berkumpul dalam sebuah pertemuan yang diadakan oleh Geological Society of America pada tahun 1941. Ahli genetika seperti G. Ledyard Stebbins, dan Theodosius Dobzhansky; ahli zoologi seperti Ernst Mayr dan Julian Huxley; ahli paleontologi seperti George Gaylord Simpson dan Glenn L. Jepsen; ahli genetika matematis seperti Ronald Fisher dan Sewal Right, setelah pembicaraan panjang akhirnya menyetujui cara-cara untuk "menambali" sulam darwinisme.
Kader-kader ini berfokus pada pertanyaan tentang asal-usul variasi menguntungkan yang diasumsikan menjadi penyebab makhluk hidup berevolusi--sebuah masalah yang tidak bisa dijelaskan oleh Darwin sendiri dan dielakkan dengan bergantung pada teori Lamarck. Gagasan mereka kali ini adalah "mutasi acak"(random mutations). Mereka menamakan teori baru ini "Teori Evolusi Sintesis Modern" (The Modern Synthetic Evolution Theory), yang dirumuskan dengan manambahkan konsep mutasi pada teori seleksi alam Darwin. Dalam waktu singkat teori ini dikenal sebagai neodarwinisme dan mereka yang mengemukakan ini disebut neodarwinis.
Beberapa dekade berikutnya era perjuangan berat untuk membuktika kebenaran neodarwinisme. Telah diketahui bahwa mutasi atau "kecelakaan" yang terjadi pada gen-gen makhluk hidup selalu membahayakan. Neodarwinis berupaya memberikan contoh "mutasi yang menguntungkan" dengan melakukan ribuan eksperimen mutasi. Akan tetapi, semua upaya mereka berakhir dengan kegagalan total.
Mereka juga berupaya membuktikan bahwa makhluk hidup pertama muncul secara kebetulan di bawah kondisi-kondisi bumi primitif, seperti yang diasumsikan teori tersebut. Akan tetapi, eksperimen-eksperimen ini pun menemui kegagalan. Setiap eksperimen yang bertujuan membutktikan bahwa kehidupan dapat dimunculkan secara kebetulan telah gagal. Perhitungan probabilitas membuktikan bahwa tidak ada satu pun protein yang merupakan molekul penyusun kehidupan dapat muncul secara kebetulan. Begitu pula sel, yang menurut anggapan evolusionis muncul secara kebetulan pada kondisi bumi primitif dan tidak terkendali, tidak dapat disintesis oleh laboratorium-labotarium abad ke-20 yang tercanggih sekalipun.
Teori neodarwinis telah ditumbangkan pula oleh catatan fosil. Tidak pernah ditemukan di belahan dunia mana pun "bentuk-bentuk transisi" yang diasumsikan teori neodarwinis sebagai bukti evolusi bertahap pada makhluk hidup dari spesies primitif ke spesies lebih maju. Begitu pula perbandingan anatomi menunjukkan bahwa spesies yang diduga telah berevolusi dari spesies lain ternyata memiliki ciri-ciri anatomi yang sangat berbeda, sehingga mereka tidak mungkin menjadi nenek moyang dan keturunannya.
Neodarwinisme memang tidak pernah menjadi teori ilmiah, tetapi merupakan sebuah dogma ideologis kalau tidak bisa disebut sebagai semacam "agama". Oleh karena itu, pendukung teori evolusi masih saja mempertahankannya meskipun bukti-bukti berbicara lain. Tetapi, ada satu hal yang mereka sendiri tidak sependapat, yaitu model evolusi mana yang "benar" dari sekian banyak model yang diajukan. Salah satu terpenting dari model-model tersebut adalah sebuah skenario fantastis yang disebut "punctuated equilibrium"
Coba-Coba: Punctuated Equilibrium
Sebagian ilmuwan yang mempercayai teori evolusi menerima teori neodarwinis bahwa evolusi terjadi secara perlahan dan bertahap. Pada beberapa dekade terakhir ini telah dikemukakan sebuah model lain yang dinamakan "puntuated equilibrium". Model ini menolak gagasan Darwin tentang evolusi yang terjadi secara kumulatif dan sedikit demi sedikit. Sebaliknya, model ini menyatakan evolusi terjadi dalam "loncatan" besar yang diskontinu.
Pembela fanatik pendapat ini pertama kali muncul pada awal tahun 1970-an. Awalnya, dua orang ahli paleontologi Amerika, Niles Eldredge dan Stephen Jay Gould sangat sadar bahwa pernyataan neodarwinis telah diruntuhkan secara absolut oleh catatan fosil. Fosil-fosil telah membuktikan bahwa makhluk hidup tidak berasal dari evolusi bertahap, tetapi muncul tiba-tiba dan sudah terbentuk sepenuhnya. Hingga sekarang neodarwinis senantiasa berhadap bahwa bentuk peralihan yang hilang suatu hari akan ditemukan. Eldrede dan Gould menyadari bahwa harapan ini tidak berdasar, namun di sisi lain mereka tetap tidak mampu meninggalkan dogma evolusi. Karena itulah, akhirnya mereka mengemukakan sebuah model baru yang disebut puntuated equilibrium tadi. Inilah model yang menyatakan bahwa evolusi tidak terjadi sebagai hasil dari variasi minor, namun dalam perubahan besar dan tiba-tiba.
Model ini hanya sebuah khayalan. Sebagai contoh, O.H. Shindewolf, seorang ahli paleontologi dari Eropa yang merintis jalan bagi Eldredge dan Gould, menyatakan bahwa burung pertama muncul dari sebutir telur reptil, sebagai "mutasi besar-besaran" (gross mutation), yakni akibat "kecelakaan" besar yang terjadi pada struktur gen. Menurut teori tersebut seekor binatang darat dapat menjadi paus raksasa setelah mengalami perubahan menyeluroh secara tiba-tiba. Pernyataan yang sama sekali bertentangan dengan hukum-hukum genetika, biofisika, dan biokimia ini, sama ilmiahnya dengan dongen katak yang menjadi pangeran! Dalam ketidakberdayaan karena pandangan neodarwinis terpuruk dalam krisis, sejumlah ahli paleontologi pro-evolusi mempercayai teori ini, teori baru yang bahkan lebih ganjil daripada neodarwinisme itu sendiri.
Satu-satunya tujuan model ini adalah memberi penjelasan untuk mengisi celah dalam catatan fosil yang tidak dapat dijelaskan model neodarwinis. Namun, usaha menjelaskan kekosongan fosil dalam evolusi burung dengan pernyataan bahwa "seekor burung muncul tiba-tiba dari sebutir telur reptil" sama sekali tidak rasional. Sebagaimana diakui oleh evolusionis sendiri, evolusi dari satu spesies ke spesies lain membutuhkan perubahan besar informasi genetis yang menguntungkan. AKan tetapi, tidak ada mutasi yang memperbaiki informasi genetis atau menambahkan informasi baru padanya. Mutasi hanya merusak informasi genetis. Dengan demikian, "mutasi besar-besaran" yang digambarkan oleh model puntuated equlibrium hanya akan menyebabkan pengurangan atau perusakan "besar-besaran" pada informasi genetis.
Lebih jauh lagi, model puntuated equilibrium runtuh sejak pertama kali muncul karena ketidakmampuannya menjawab pertanyaan tentang asal-usul kehidupan, pernyataan serupa yang menggugurkan model neo-Darwinis sejak awal. Karena tidak satu protein pun yang muncul secara kebetulan, perdebatan mengenai apakah organisme yang terdiri dari milyaran protein mengalami proses evolusi secara "tiba-tiba" atau "bertahap" tidak masuk akal.
Kendati demikian, neodarwinisme masih menjadi model yang terlintas dalam pikiran ketika "evolusi" menjadi pokok perbincangan dewasa ini. Dalam bab-bab selanjutnya kita akan melihat dua mekanisme rekaan model neodarwinis, kemudian memeriksa catatan fosil untuk menguji model saat ini. Setelah itu, kita akan membahas pertanyaan tentang asal usul kehidupan yang menggugurkan model neodarwinis dan semua model evolusionis lain seperti "evolusi dengan lompatan" (evolutin by leaps).
Sebelumnya ada baiknya mengingatkan pembaca bahwa fakta yang akan kita hadapi di setiap tahap adalah bahwa skenario evolusi merupakan sebuah dongeng belaka, kebohongan besar yang sama sekali bertentangan dengan dunia nyata. Ini adalah sebuah skenario yang telah digunakan untuk membohongi dunia selama 140 tahun. Berkat penemuan-penemuan ilmiah terakhir, usaha kontinu yang mempertahankan teori tersebut akhirnya menjadi mustahil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar