Selamat Datang Di Kampus Ceria.. MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KAYUTREJO " Mandiri Santun Cerdas " (Mimka MSc) Status Terakreditasi ~ Terimalah Salam Kami Asalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarokaatuh, Mimka Selalu ada yang baru. "Silaturrohmi Alumni, Menjalin Ukhuwah Dunia Akhirat; Mempersiapkan Siswa - Siswi Madrasah yang Mandiri, Santun dan Cerdas

Rabu, 28 Desember 2022

Membangun Kesalehan Digital

     


Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi menimbulkan perubahan mendasar dalam hampir semua aspek kehidupan umat manusia. Revolusi industri 4.0 yang ditandai oleh masifikasi Internet of Thing (IoT), Artificial Intelligence (AI), 3D printing, big data, algoritma, dan aspek lain telah menciptakan ruang kehidupan manusia terkoneksi secara virtual. Manusia hidup dalam dunia dan budaya digital yang serba mudah, cepat, dan luas yang memengaruhi alam pikiran dan orientasi tindakan yang menjadikan dirinya seperti insan modular. 

    Kemajuan teknologi digital merupakan salah satu pertanda kemajuan yang bersifat revolusional dan menciptakan disrupsi dalam berbagai aspek kehidupan. Di antara dampak yang menyertai disrupsi sosialnya ialah krisis keadaban sehingga manusia mudah memproduksi hoaks, kebencian, permusuhan, saling mencela, menghina, dan erosi moralitas. Kekohesifan sosial memudar dan manusia menjadi hidup serba instan. Kesantunan, kearifan, dan akhlak mulia mengalami peluruhan. anyak waktu terbuang sia-sia karena intensitas penggunaan internet dan media sosial yang tidak semestinya atau overdosis.  

     Karenanya diperlukan dasar nilai yang membingkai perilaku bermedia sosial dan penggunaan media digital secara bermoral dalam wujud kesalehan digital, yaitu bagaimana adanya kesadaran moral atau etik dalam memanfaatkan sistem dan hidup di era digital. Selain panduan moral berbasis agama seperti Fikih Informasi bagaimana diterbitkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, diperlukan gerakan budaya literasi antara lain menyediakan content creator ajaran dan nilai-nilai keadaban Islami di dunia digital. Para pemimpin agama, ulama-intelektual, elite bangsa, tokoh adat, serta institusi-institusi pendidikan dan sosial keagamaan penting menjadi aktor yang terlibat aktif dalam mengembangkan keadaban digital kaligus menjadi uswah hasanah atau teladan yang baik dalam menggunakan teknologi digital yang masif itu. Perlu panduan keagamaan dan moral membangun kesalehan digital di berbagai institusi dan lingkungan sosial masyarakat luas. ( Salah satu Tanfidh Keputusan  Muktamar Muhammadiyah ke - 48 di Solo )

Menurut Alimatul Qibtiyah, Ketua LPPA PP 'Aisyiyah dalam pemaparannya menjelaskan konsep saleh dan ihsan di era digital saat ini. Ia menyampaikan bahwa kata saleh berasal dari shaluha-yashluhu-shalahan yang artinya baik, tidak rusak, dan patut. Sehingga orang salih berarti adalah orang yang baik, yang tidak merusak, orang yang patut, serta orang yang mendamaikan. Alim juga memaparkan bahwa dari definisi al-Qur'an, orang yang beramal saleh akan menyuruh kepada kebaikan, mencegah perbuatan munkar, dan bersegera mengerjakan kebaikan.

Oleh karena itu menurutnya bentuk nyata kesalehan digital terdiri dari tiga yakni pertama, baik, dengan menghargai keragaman serta memberikan contoh kebaikan juga inspiratif. Kedua, tidak merusak integritas identitas diri sendiri, memikirkan dampak perilaku digital. Ketiga, patut yakni menjaga kesopanan dalam bertutur, dan punya etiket yang baik dalam berkomunikasi.

Alimatul juga menyampaikan tentang konsep ihsan di dunia digital. Ia menyebut salah satunya adalah adanya pelibatan Tuhan dalam semua aktivitas yang dilakukan. "Melibatkan Tuhan dalam semua aktivitas termasuk dalam aktivitas digital, sehingga apa yang kita lakukan di dunia digital mempunyai nilai ibadah dan bermanfaat," terangnya. Termasuk memperbanyak amal jariyah dengan membuat konten-konten yang membawa kedamaian, kesejahteraan, dan keadilan. Serta menguatkan perdamaian, keummatan, dan kebangsaan. "Kita juga harus berhati-hati dengan penggunaan agama dalam isu politik yang bisa berdampak pada polarisasi dan kebencian."

Lebih lanjut, Alimatul juga meminta agar dalam dunia digital kedepankan cek double cek terkait informasi yang didapat. Bersifat jujur dalam bertransaksi bagi yang berbisnis di dunia digital serta mengedepankan etika tidak aji mumpung ataupun tidak wajar dalam mengambil keuntungan. "Hal yang penting lainnya adalah perlunya penguatan kesalehan digital subtantif, bukan hanya kesalehan digital yang formalistik," tegas Alimatul.

Ismail Fahmi, seorang pakar media sosial menyampaikan sebuah data hasil penelitian microsot yang menyebut bahwa netizen Indonesia adalah netizen yang paling tidak sopan di ASEAN. Dimana 50% netizen Indonesia terlibat cyberbullying yakni 5 dari 10 orang mengaku terlibat bullying. Kemudian hal apa yang menyebabkan orang mendapatkan bullying di internet ? Ismail Fahmi menyebut dua alasan yang paling besar adalah penampilan sebesar 61% dan juga capaian akademik atau kepintaran sebesar 25%, kemudian karena suku, karena seksualitas, agama, finansial, dan lain-lain. "Ini sebagai contoh bahwa mudah sekali bagi orang yang meskipun soleh penampilannya akan mudah terjatuh melakukan bullying."

Oleh karena itu dalam kehidupan digital menurutnya diperlukan netiket atau etiket di internet. Ismail Fahmi menyebut bahwa Netiket inilah yang bisa membawa kesalehan digital. "Netiket itu apa sih ? itu sebenarnya aturan dan petunjuk untuk berkomunikasi secara online di internet, (aisyiyah.or.id ). Maka dari itu kita sebagai seorang muslim harus selalu bertabayyun terhadap informasi yang kita terima dan mengedepankan adab di era digital sekarang ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar