Selamat Datang Di Kampus Ceria.. MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KAYUTREJO " Mandiri Santun Cerdas " (Mimka MSc) Status Terakreditasi ~ Terimalah Salam Kami Asalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarokaatuh, Mimka Selalu ada yang baru. "Silaturrohmi Alumni, Menjalin Ukhuwah Dunia Akhirat; Mempersiapkan Siswa - Siswi Madrasah yang Mandiri, Santun dan Cerdas

Senin, 02 Juli 2012

Berbakti Kepada Orang Tua



Allah SWT berfirman yang atinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu tidak menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang dari mereka atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu berkata 'ah' kepada mereka dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, rahmatilah mereka berdua sebagaimana mereka telah mendidik aku waktu kecil"." (Al-Israa': 23-24).

Kewajiban mengesakan Allah (tauhid) adalah suatu kewajiban yang mutlak dan tak bisa diganggu gugat. Tauhid adalah inti utama ajaran Islam. Di atasnya berdiri segala pokok dan cabang-cabang ajaran Islam. Tidaklah berarti amal seseorang jika ia berbuat syirik terhadap Allah, karena syirik dapat menghapus segala kebajikan yang telah dibuat. Bahkan, Allah tidak memberi ampunan bagi orang yang mati dalam keadaan syirik. Oleh karena itu, perintah untuk hanya menyembah dan mengesakan Allah selalu dikedepankan agar segala kebajikan yang dilakukan setelah itu diterima di sisi Allah. Lagi pula, tidaklah pantas manusia menyekutukan Allah dengan apa pun, karena segala seuatu selain Allah adalah ciptaan-Nya.
Selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Taala memerintahkan kita untuk berbakti kepada orang tua dengan sebaik-baiknya. Dalam beberapa ayat Alquran, perintah berbakti kepada orang tua selalu berada setelah perintah menyembah dan mengesakan Allah semata. Hal ini sangat tegas dalam menyatakan begitu pentingnya dan tingginya kedudukan orang tua terhadap anaknya di sisi Allah. Semua orang tahu arti dan nilai orang tua bagi mereka, namun karena manusia ini banyak yang zalim dan bodoh, banyak pula yang melalaikan orang tua dan mempergaulinya dengan buruk.
Kalaulah kita sejenak merenung, mengapa harus berbakti kepada orang tua, niscaya kita akan mendapatkan banyak alasan yang tak dapat kita pungkiri. Namun, saat ini banyak sekali anak-anak yang tak mengerti bagaimana berbakti kepada orang tua. Membantah menjadi hal yang biasa karena banyak gurunya di televisi, begitu juga mengabaikan orang tua dan sebagainya.
Allah kemudian melarang kita mengucapkan "ah" kepada orang tua kita. Nah, jika mengucapkan "ah" saja tidak boleh, maka kata-kata atau perbuatan yang lebih jelek dari itu tentu saja tidak boleh. Kemudian, diikuti dengan larangan membentak dan menghardik, dan tentu saja semua orang tahu bahwa hal itu tidak baik. Meski demikian, banyak orang yang lalai kalau tidak diperingatkan. Kemudian Allah memerintahkan kita untuk mengucapkan kata-kata yang penuh kemuliaan dan kasih sayang kepada mereka.
Allah sebutkan bahwa semua itu jika mereka telah berusia lanjut. Hal ini bukan berarti ketika orang tua masih muda kemudian kita boleh saja mengucapkan "ah" dan lain sebagainya. Bukan begitu maksudnya. Disebutkan, masa tua adalah karena secara umum pada masa itulah orang tua banyak menyibukkan anak dan butuh perhatian lebih dari anaknya. Itu karena mereka sudah lemah dan butuh bantuan orang lain. Tentunya yang berkewajiban membantu adalah anak-anaknya pertama kali. Nah, pada situasi seperti inilah biasanya anak-anaknya banyak yang tidak sabar dalam melayani kebutuhan orang tuanya. Sering terjadi mereka malah mengeluh dan kesal, lalu akhirnya mulai mengeluh di hadapan orang tuanya itu dan bahkan mengumpat serta menghardik. Ketidakpedulian inilah yang membuat banyak orang tua di Barat dikirim ke panti-panti jompo oleh anak-anaknya, karena sang anak lebih mengutamakan kebebasan semu dari pada bakti kepada orang tuanya. Hal ini perlu kita waspadai agar tidak terjadi pada diri dan keluarga kita. Kejadian sepeti itu tak terbantahkan serta tak terobati sakitnya bagi orang tua, telebih lagi jika diabaikan anaknya sendiri.
Setelah perintah berkata-kata yang mulia dan baik, Allah memerintahkan kita untuk bersikap rendah diri dan penuh kasih sayang kepada mereka, terutama pada masa usia lanjut. Karena, pada saat itulah mereka lebih membutuhkannya. Bukankah pada masa mudanya merekalah yang lebih banyak memberi kita kasih sayang? Kemudian, diikuti oleh perintah untuk berdoa bagi mereka, yaitu mendoakan agar Allah memberikan rahmat kasih sayang-Nya kepada mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidik sang anak dengan penuh kasih sayang waktu kecil dulu. Lafal ayat ini bisa kita jadikan doa untuk orang tua kita, "Rabbirhamhuma kamaa rabbayaanii shagiira." Artinya: "Tuhanku... rahmatilah mereka berdua (kedua orang tuaku) sebagaimana mereka telah mendidikku waktu kecil."
Sudahkan kita mendoakan orang tua kita setiap selesai salat lima waktu atau di lain kesempatan? Apa yang telah kita lakukan untuk orang tua kita? Sudahkah kita membayangkan apa yang akan terjadi pada kita jika hidup tanpa orang tua? Apakah jasa-jasanya telah kita balas? Mampukah kita membalasnya? Ataukah harta dan kekayaan kita mampu menggantikan segala jasa orang tua kita? Masih banyak pertanyaan yang perlu kita renungkan dan camkan pada diri kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar