Selamat Datang Di Kampus Ceria.. MADRASAH IBTIDAIYAH MUHAMMADIYAH KAYUTREJO " Mandiri Santun Cerdas " (Mimka MSc) Status Terakreditasi ~ Terimalah Salam Kami Asalamu'alaikum Warahmatullohi Wabarokaatuh, Mimka Selalu ada yang baru. "Silaturrohmi Alumni, Menjalin Ukhuwah Dunia Akhirat; Mempersiapkan Siswa - Siswi Madrasah yang Mandiri, Santun dan Cerdas

Senin, 05 Januari 2015

Refleksi Menyambut Tahun Baru 2015


Waktu kita terus berjalan, apakah hubungannya sebagai pribadi-pribadi atau sebagai anak bangsa, insan Indonesia yang menjunjung tinggi panji-panji berbangsa dan bernegara. Hari demi hari, tahun demi tahun, waktu datang dan pergi, dan sebentar lagi kita masuk tahun baru, memang tak mudah mengajak orang untuk berperilaku baik, jujur, saling menghormati, toleran, berbagi, dan adil. Tetapi hal itu menjadi kewajiban manusia jika menjalani hidup sesuai dengan firman Allah, agar pandai bersyukur dan agar berpikir (ulil albab). Sebab, manusia diciptakan untuk bertindak sebagai pengelola bumi, seberapa pun kecil tanggung jawabnya.           
Waktu kita terus berjalan, apakah hubungannya sebagai pribadi-pribadi atau sebagai anak bangsa, insan Indonesia yang menjunjung tinggi panji-panji berbangsa dan bernegara. Hari demi hari, tahun demi tahun, waktu datang dan pergi, dan sebentar lagi kita manapaki Tahun Baru yang penuh dinamika, tantangan, baik masalah politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan-keamanan.           
Sebagai manusia, siap atau tidak siap, semua itu akan dihadapi. Masalahnya adalah bagaimana membuat hari depan itu lebih baik daripada hari ini, atau lebih baik daripada hari kemarin. Ada jargon bijak, “Kita tidak tahu, besok menjadi apa, dan yang paling baik adalah hari ini bekerja sebaik-baiknya.” Kebaikan itu pintunya hanya satu, yaitu “hati manusia”.          
Allah menciptakan hati manusia dengan segala keutamaan dan kemulyaannya. Karena itu, baik buruknya diri manusia sangat ditentukan oleh hatinya. Jika hatinya buruk, maka buruk pula dirinya dan jika hatinya baik, maka baik pula dirinya.           
Dengan paradigma itu, hati seseorang harus tetap dipelihara dan dimakmurkan agar tumbuh hati yang hidup dan sehat. Hati yang hidup dan sehat yaitu hati yang didalamnya terdapat iman yang benar dan setiap yang benar itu datangnya dari Allah.
Hati yang hidup sehat akan dapat menerima kebenaran yang datang dari Allah, baik berupa perintah dan larangan, dan menjalankan amanah yang merupakan tugas utama hamba Allah yang berstatus sebagai Khalifatullah fil ardi, yaitu memakmurkan bumi dan sekaligus menjadikannya Rahmatan lil ‘alamin, memakmurkan hatinya dan memakmurkan hati sesama hamba, menjalankan amar makruf dan nahi munkar.
Hati yang hidup sehat akan dapat menjangkau Allah. Hati seperti itu senantiasa bertaut dengan Allah, hidup bersama Allah, berjalan bersama Allah dan tertidur pun bersama Allah. Dunia baginya adalah ladang tempat mereka menanam.
Sedangkan harta, takhta (pangkat dan jabatan), anak serta istrinya, ditempatkannya sebagai amanah (titipan) Allah, namun juga dapat menjadi fitnah (cobaan) bagi orang yang beriman. Karena itu, jangan pernah berbuat untuk memalingkan hati, menjadikan hati menentang hukum-hukum Allah, menjadikan hati ingkar dengan janji hamba terhadap Allah.           
Jika hal itu terjadi, semua itu adalah perbuatan setan, bisikan setan agar manusia mengikuti langkah-langkah setan, musuh seluruh  manusia yang teramat nyata. Namun, kebanyakan manusia kalah dalam pertempuran melawan setan, meskipun berbagai senjata dahsyat telah diberikan oleh Allah, bahkan Allah sendiri ridha menjadi tameng penyelamat manusia sekiranya manusia selalu berlindung kepada Allah.           
Karena itu, sekiranya hati seseorang telah menjangkau Allah, atau sedang berjalan menuju Allah dengan hatinya, maka pertahankanlah perjalanan menujun kepada-Nya. Bagaimana caranya ?           
Cara mudahnya adalah dengan berlindung kepada Allah dan bersiaga dengan senjata-senjata dahsyat dari Allah sebagai penyelamat.           
Berikut ini penulis sampaikan 10 karakter terapi hati, renungan menyongsong Tahun Baru 2015. Hal itu penulis sampaikan bukan karena “merasa bisa” tetapi “bisa merasakan”, betapa hal tersebut dibutuhkan orang banyak. Sepuluh karakter senjata penyelamat itu, pokok-pokoknya adalah sebagai berikut.
PERTAMA, hidupkan hati dengan iman dan keyakinan yang benar, jangan dikotori dengan selain Allah. Jangan bergantung dengan selain Dia, agar senantiasa hal itu terbukauntuk memerima cahaya hidayah dari-Nya. Hidayah-Nya, merupakan jembatan hati seseorang menuju Allah.
KEDUA, teguhkan iman dengan istiqomah, hingga kita berada di dalam “tauhidullah” yang sebenar-benarnya.
KETIGA, hiasillah diri dengan akhlakuk karimah (karakter mulia), karena akhlakul karimah akan mengantarkan diri, menuntun hati menyatu dengan Rasulullah SAW.
KEEMPAT, bangun dan tegakkanlah seluruh amal dan ibadah di atas platform hati yang ikhlas karena Allah SWT. Ikhlas adalah wujud ruh dari seluruh amal saleh, ikhlas adalah suatu identitas cinta hamba kepada-Nya. Tanpa ikhlas, amal akan mati dan tertolak oleh-Nya, karena amal yang demikian itu tidak akan mendekatkan diri dengnan-Nya.
KELIMA, berjalanlah dengan hati menuju Allah melalui pintu sakat dan taubat, tasbih, tahajud dan lainnya, karena pintu-pintu itu luas, lenggang, lurus dan jaraknya dekat dengan Allah. Pada sepertiga malam terakhir, Allah mendekat kepada hamba-Nya, turun ke langit pertama (bumi) dan memanggil manggil hamba-Nya, “Wahai hamba-Ku, adakah di antara kalian yang berdoa kepada-Ku? Meminta ampun kepada-Ku? Adakah yang bertaubat kepada-Ku?” (Hadist Qudsi riwayat Muslim dari Abu Hurairah).
Alangkah indahnya ketika  itu jika kita mampu manyanjung dan memuji kemaha sucian-Nya, dengan melakukan salat tasbih dan dzikir-Nya.
KEENAM, tundukan nafsu dengan puasa sunnah karena puasa sunnah adalah ouasa pengendali nafsu perut dan sekaligus pengendali nafsu syahwat. Jika nafsu perut engkau bebaskan tanpa kendali, maka perut akan menjadi sumber dari segala petaka yang menghancurkan tubuh, hati, dan martabat seseorang.
KETUJUH, jadikan sabar sebagai penolong dalam menerima ujian dan cobaan dari Allah, karena kunci jawaban soal ujian Allah itu akan hanya dapat diselesaikan dengan upaya, doa dan bertumpu kepada kesabaran.
KEDELAPAN, dekatka hati dengan Allah melalui dzikir. Dengan dzikir, hati menjadi dekat bahkan menyatu denngan Asma-Nya dan dengan sifat-sifat-Nya.
KESEMBILAN, sucikan hati engan tasbih (salat tasbih dan dzikir),karena hakikat tasbih adalah menyanjung dan memuji kemahasucian Allah. Seluruh sanjungan, pujian yang ditujukan kepada-Nya, pada hakikatnya bukan untuk Allah, namun akan dikembalikan lagi kepada hamba-Nya, terkecuali puasa Ramadhan adalah untukAllah dan Allah jua yang akan membalas secara langsung kepada hamba-Nya.
KESEPULUH, berjalanlah di muka bumi dengan tawadhu (rendah hati). Pada hakikatnya hidup dan berjalan di muka bumi adalah mengemban amanah-Nya, yaitu sebagai “khalifatullah fikl ardhidan rahmatan lil ‘alamin”. Karena itu, kita harus memulai setiap langkah dengan berlindung kepada-Nya dan atas Asma-Nya.
Itulah sebagai bukti sebagai “wakil Allah di muka bumi”. Sekali-kali jangan berjalan di muka bumi karena pangkat, kekayaan, dan kehebatan. Jika berjalan di muka bumi karena yang demikian itu, ketahuilah bahwa seseorang itu sombong dan telah terdaftar sebagai tentara iblis dan setan. Sekian

Tidak ada komentar:

Posting Komentar